apakabarmu wahai ransel milik dia yang pernah karib

kamu kukenali begitu saja
tampak belakang, ransel yang begitu akrab

ransel yang pernah memuat titipan belanjaanku
ransel yang kamu letakkan hati-hati di sudut kamar apartemenku
ransel yang selalu kamu bawa ketika kita berjalan-jalan
ransel yang menjadi bagian dari dirimu

dulu

dan sore kemarin
ransel itu menyapaku pelan
membuatku terhempas ke masa itu
ketika memanggil namamu
mengetik namamu
dan bisikkan namamu
begitu mudah

sekarang

bahkan lidahku kelu
bibirku kaku
untuk sekedar berbagi senyum
apalagi meneriakkan namamu
mengalahkan azan maghrib
di antara riuh pengendara yang bersegera pulang

lampu merah
dan ranselmu

kalau bisa kita jangan sering-sering bersisian lagi di jalanan
mengganggu kosentrasiku saja
dan membuat hatiku sendu kelabu


Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda