Posts

Showing posts from July, 2012

pamit

Saya tidak suka berpamitan, saya pergi sebentar saja. Toh, nanti juga pulang. Hanya saja berpamitan artinya meminta doa dan restu. Bukankah sangat membahagiakan didoakan oleh saudara, sahabat dan orang-orang tercinta. Doa-doa yang diberikan setulus hati sungguh menyentuh hati hingga terkadang tak bisa menahan tangis. Berpamitan juga sekaligus ajang minta maaf, untuk semua kesalahan dan khilaf yang selama dekat sulit untuk mengucapkan kata maaf. Berbaikan dan berbicara lagi dengan seorang sahabat dekat sungguh membuat satu beban saya terangkat. Ternyata selama ini sahabat-sahabat yang telah membuat hidup saya penuh warna. Sahabat-sahabat yang selalu ada. Pada beberapa sahabat saya berjanji untuk mengabarkan keberangkatan saya. Maka tadi saya menulis beberapa sms, menelpon beberapa orang dan berbahagia mendengar suara mereka kembali. Saya juga sekaligus mohon maaf untuk beberapa janji temu yang tak bisa dilakukan karena sempitnya waktu. Padahal sungguh saya ingin bertemu, mengu

ramadhan kali ini

Banda Aceh yang sungguh terik beberapa hari ini membuat puasa semakin terasa. Tahun ini saya beruntung menghabiskan sepuluh hari puasa di rumah. Tahun-tahun terakhir saya di sabang, sungguh sedih karena sendirian berbuka puasa. Lewat minggu pertama nenek sudah balik ke medan. Tinggalkan saya dan bang Rio berkelana mencari bukaan. Ingat saya, sore itu ketika sudah tak tahan berbuka sendirian, saya ngungsi ke kosan rifqi dan misbah. Kami berbuka bertiga diiringi hujan dan acara tv yang seadanya. Masih bersyukur punya adik kelas yang masih membukakan pintu kosannya buat saya. Puasa kali ini saya juga senang sekali dengan undangan buka puasa kejutan dari si abang kelas yang sudah sering sekali berjanji traktir akhirnya memenuhi janjinya sebelum saya pergi. Menurut kantong pns kami sungguh buka puasa di Pizza H*t sangat-sangat berkelas. Untuk beberapa sajian seadanya lumayan juga si abang menguras kantongnya. Habis tu masih saja dia dengan sangat terpaksa membagi ayam cordon bluenya s

kenangan terawih

Mesjid kampung saya itu masih tak ramah pada anak-anak yang datang. Meski anak-anak yang datang tak semuanya ribut dan berlarian. Pengumuman yang mengusir anak-anak itu masih saja melukai hati saya, meski saya bukan anak-anak lagi. Terkenang selalu di pintu sebelah kanan tempat nenek saya selalu berdiri bersama teman-temannya. Lalu ada saya, melon, dan tiga teman saya, lalu menjadi dua karena satunya meninggal dunia. Entah beberapa tahun kami berdiri untuk salat di sana, di samping nenek saya, agar tidak ada yang mengusir kami dari barisan depan itu, padahal mereka yang datang terlambat. Teraweh itu terasa panjang dan melelahkan untuk anak-anak seperti kami. Tetap saja kami datang, bukan karena tugas dari sekolah untuk mencatat ceramah, bukan, hanya karena kami ingin salat berjamaah. Kenangan itu masih saja membekas, ketika kami berdiri di sana dalam keluguan kanak-kanak. Pergi selalu dengan semangat ke mesjid, meski kami tak pernah merasa diterima di sana.

new beginning, tertatih ..

Malam itu saya mengirimkan email singkat kepada supervisor saya. Sudah dua hari workshop dan jadwal supervisor saya sangat padat. Sementara saya hanya punya dua hari sebelum balik ke Jakarta untuk ujian akhir bahasa. Saya harus berdiskusi tentang rencana studi saya sebelum pulang. Akhirnya kami meeting di dalam bus karena waktu yang tak banyak. Berbicara tentang rencana studi, apa yang harus saya lakukan sebelum berangkat, beberapa masalah administrasi dan data-data yang mungkin bisa saya bawa. Sesekali saya mencatat, supervisor saya berbicara sangat cepat dan runtut. Saya mencatat poin-poin penting dan beberapa arahan darinya. Tiba-tiba supervisor saya meminta catatan saya untuk mencatat beberapa referensi yang penting. Waaa, dalam catatan saya ada tulisan supervisor saya. Senangnya. Maka dalam waktu yang singkat di Banda Aceh ini saya mencoba mengumpulkan beberapa data. Berbicara dengan orang-orang yang sangat baik hati, yang mau berbagi dan memberi tahu saya hal-hal ya

Sabang dan Kenangan

Perjalanan saya ke sabang kemarin untuk mengurus tugas belajar sungguh sangat berkesan. Dari Banda Aceh saya sudah memakai seragam pdh kebanggaan, padahal seingat saya, saya selalu mengganti pakaian di Sabang tidak pernah berpakaian dinas di kapal. Sejak malam angin sudah bertiup kencang, pagi hujan turun perlahan dan langit menjadi gelap. Gentar hati mengarungi samudera. Kegentaran saya semakin menjadi ketika lebih dari setengah jam tiba di balohan, kapal cepat pulau rondo itu tak bisa merapat ke pelabuhan. Angin sangat kencang. Satu lagi yang berubah, pelabuhan lama telah tenggelam, pelabuhan seadanya ini penuh lubang dan saya dengan rok coklat itu sangat tidak anggun dalam melangkah. Akhirnya saya bertemu yayang untuk mengatur langkah kemana dahulu mengurus apa dan bertemu siapa.  Segala urusan menyangkut tugas belajar ini dikaitkan dengan misi say good bye dengan teman seruangan di kantor. Meja pojok tempat saya biasa nongkrong, masih dipojok namun sekarang bang Mul y

packing time

Sudah beberapa hari ini, orang rumah protes karena koper saya mengambil space yang sangat banyak di ruang keluarga kami. Dua puluh kilogram untuk memulai hidup baru di  negeri jauh, rasanya sangat tidak rasional. Saya harus dengan cermat memikirkan pakaian dan barang apa saja yang akan saya bawa dan apa yang harus saya tinggalkan.  Bongkar pasang isi koper sampai mengganti koper sudah saya lakukan. Koper saja beratnya sudah lima kilogram. Artinya hanya tersisa limabelas kilogram untuk barang bawaan saya. Saya mencoba berbagai cara untuk menambah jumlah kilogram bagasi ini. Menulis email kepada maskapai dan dibalas dengan penolakan yang manis. Mengapa begitu sulit meninggalkan beberapa barang yang menurut saya harus dibawa? Semakin menggalau setelah membeli timbangan badan dengan maksud untuk menimbang koper namun yang teridentifikasi adalah berat badan saya naik beberapa kilogram sejak di banda, yang menandakan timbangan ini diragukan keakuratannya. Hahaha Seberapa

Halo my dear best friends

Malam ini tanpa sengaja membuka file foto-foto lama ketika di Adelaide dulu. Ternyata dua tahun itu sungguh spesial. Sahabat dan cerita yang tak ada habisnya. Tersenyum memperhatikan wajah mereka satu per satu. Hati menjadi hangat, betapa banyak yang ditorehkan dalam perjalanan dan perjuangan di negeri yang jauh. Bukan sekedar sahabat tetapi telah menjadi kakak dan abang yang selalu ada. Waktu berlari begitu cepat, semua cerita terlindas detik dan sibuk. Kalau kasus saya, saya tersibukkan dangan hari ini dan masa depan. Hingga tak sempat lagi sekedar membuka file foto dan merasakan kembali kehadiran sahabat-sahabat jiwa. Berapa banyak sahabat yang saya punya saat itu, sungguh capaian yang tak terkira. Berdoa, semoga pada esok saya di negeri yang jauh dapat memiliki sahabat-sahabat baru yang sehangat sahabat-sahabat di Adelaide tercinta. Semoga.. Halooo, dian-uci-diah-disa-mb Yan-mb Jack dan Mas Hadi -mb Nella-Erwin-mb Yosi- Ceceu -Mb Desi-Bang Yos-Pak Fadli-Bang Zul-Mba

My dear Reader

Selalu saja saya terdiam, ketika sahabat-sahabat saya berkata, “aku membaca blogmu, sar..” Berbagai perasaan berkecamuk.  Ah, benarkah mereka menyempatkan diri membaca tulisan saya yang isinya tak terlalu penting? Bahkan sahabat saya yang sudah lama tak berkirim kabar berkata, “Sepertinya kamu di sana sibuk sekali sar, aku baca blogmu..” atau ketika saya berkeluh kesah dengan sahabat saya yang jauh sekali “sepertinya semua baik-baik saja, aku membaca blogmu..” Saya terdiam,  benar juga, saya memang baik-baik saja. Tak ada yang terlewat, selalu saya menyempatkan diri menulis, meski sederhana, kalau menurut saya menarik pasti saya tulis. Hanya ingin merekam hari berhubung saya suka sekali lupa. Dari lubuk hati paling dalam, saya ingin berterima kasih buat teman-teman yang sudah menyempatkan diri membuka dan berbagi dengan saya di blog ini. meskipun jauh, ternyata kalian masih ada buat saya, dan itu sangat berarti, sungguh...

berpacking-packing

Hari-hari menjelang meninggalkan Jakarta, saya bergegas. Memulai packing barang yang tiba-tiba sudah menjelma menjadi dua kardus. Kali ini dibantu adik sepupu yang baik hati dan rajin menolong, mengirimkannya sore ini ke Banda Aceh. Jadi ingat kehebohan dulu sewaktu Baggage Master, dari Adelaide ke berbagai kota di Indonesia. Beberapa bulan sebelum dikirim sudah terbentuk panitia dan di rumah kamilah tempat semua barang itu diantar. Hari H sewaktu barang dijemput sungguh menghebohkan. Proses penimbangan dan pembayaran barang  berlangsung dalam suasana riuh. Teman-teman membawa makanan dan minuman, sehingga hari itu semua bisa bersantap siang bersama. Penuh rasa kekeluargaan dan kesedihan, ya sudah waktunya pulang . Namun satu hari itu, ketika Baggage Master menjemput barang kami, kami menghabiskan waktu seharian bersama teman-teman. Sore ini, saat dua kardus saya dipacking, seperti Deja Vu, ketika kardus-kardus dari Adelaide dibungkus dengan rapi. Sudah entah berapa kali saya