Posts

Showing posts from May, 2016

terbit dan tenggelam

Penghujung bulan Mei,  Aku diam-diam menunggunya terbit untukku Dia akan terbenam bulan Juni ini. Mereka mengatakan kepadaku, dia akan terbenam bulan juni ini. Aku menunggunya berkali-kali, terlebih pagi ini dalam butiran hujan yang aku nikmati dengan secangkir kopi, sendirian di tengah riuh kedai kopi. Aku berharap dia akan terbit untukku. Bukan untuk perempuan lain, tapi untukku seorang saja. Apakah permintaanku terlalu berlebihan Tuhan? Dia akan terbit, bukan untukku. Dia akan terbit untuk seseorang yang pastinya membuatku kehilangannya. Aku harus memindahkannya dari hatiku ke suatu tempat yang jauh. Suatu tempat yang aku tau, mungkin belum tercipta. Hanya saja, mungkin harus secepatnya ada, karena dia akan terbenam bulan Juni ini. Dia yang tenggelam dalam riuh kangenku terbit dalam hening yang keterlaluan namanya terbit dan tenggelam di hatiku, namun masih saja terucap dalam doa penghantar tidurku

sepuluh tahun lalu harusnya

akhirnya kamu sampai juga di Sabang ! selamat datang, lelaki dari masa lalu sayangnya, aku tidak di sabang angin terlalu kencang dan aku tidak terlalu ingin bertemu kalaupun ketemu di banda aceh saja ngopi-ngopi cantik sambil bicara hal remeh temeh karena aku menunggumu sepuluh tahun lalu di pulau itu harusnya kamu datang,  menemuiku mengatakan isi hatimu tapi kamu tak jua  lalu sekarang sudah terlalu terlambat meski pulau itu tetap saja mencatat pintaku pada langitnya dan debur ombaknya tapi aku tidak lagi

serius

Saya melihat semua orang sedang berjuang, mengejar mimpi, tanpa kenal lelah. Bekerja dengan sepenuh hati. Saya juga (harusnya) sedang berjuang, menyelesaikan satu mimpi yang sudah dikejar sedemikian lama dan melalui begitu banyak hambatan, yang berhasil dilalui satu per satu, namun, di titik ini, rasanya saya kurang begitu serius. harusnya seserius itu-seserius-seriusnya saya cuma lupa serius itu seperti apa ketika perasaan sudah saya matikan yang ada sekarang cuma logika berpikir dan berpikir nanti saja merasanya kalau semua sudah selesai ah, serius itu ternyata susah serius susah

diam itu mudah, ngobrol itu mengerikan

Silence is easy, it just becomes me,  You don't even know me, why lie about me. Silence is easy, it just becomes me,  You don't even know me, why do you hate me.. starsailor secangkir robust tea orange sedikit madu organik kirimin dari teman lama mama sepiring lontong sayur langganan berlauk babat memulai hari dengan mantra pengusir memori sungguh, aku ingin jadi pembenci nomor satu di dunia menjadi sesombong-sombongnya makhluk aku tidak ingin tau alasanmu kamu tidak sedemikian penting untuk diajak ngobrol ngebahas jawab pertanyaan buka-bukaan itu terlalu sulit buatmu terlalu berisiko dan jika kamu tanya mengapa aku membencimu aku tidak akan diam, akan aku katakan dengan lantang aku membencimu yang diam silence is easy terlalu mudah padahal aku tau tidak semudah itu untuk melalui semua dalam diam meski diam adalah semudah-mudah penyelesaian

semoga tak lama lagi

semoga bahagia selalu dalam hening yang tertutup kabut semoga tetap mekar pada musim kembang bergelantungan semoga berlalu cepat pengharapan yang jadi hujan tak kunjung turun aku membenci dalam diamku aku bertanya pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh kamu dengan cara yang tak bisa aku bayangkan maukah menjawabnya? aku bisa mati penasaran menebaknya bahkan membayangkannya semoga akan terjawab semua tanya yang akan bebaskan kita

itulah kami hari ini

hari seperti berlari di sini, sementara kami duduk saja, menunggu untuk melepaskan diri menunggu untuk menempuh hidup baru menunggu sebuah janji ditunaikan menunggu luka tersembuhkan menunggu kemungkinan untuk patah hati menunggu menjadi hancur atau tidak meninggu melangkah pergi menunggu menjadi kuat menunggu untuk mekar menunggu untuk bangkit menunggu tersenyum dan menertawakan hidup sambil terus saling menguatkan dan pada saat bersamaan kami juga meguatkan hati kami membuang semua rasa takut berusaha tetap tenang perempuan-perempuan yang menunggu dalam kebersamaan dan kesendirian itulah kami