Posts

Showing posts from August, 2011

Kontemplasi Penghujung Ramadhan

Ramadhan tahun ini sungguh mengesankan sekali. Saya diberikan waktu untuk mengevaluasi diri, di sela-sela kesendirian saya ditinggal nenek mudik dini. Ternyata momen evaluasi diri tidak hanya di akhir atau awal tahun atau saat ulang tahun. Ramadhan juga saat yang tepat buat membongkar ulang semua isi hati dan nilai-nilai yang mungkin tidak layak pakai lagi sehubungan dengan usaha agar terlahir kembali dalam kesucian. Ya, saya merasa terlahir kembali, karena saya berani untuk menghadapi semua risiko dari tingkah laku saya selama ini. Saya berani untuk mengatakan, oke, let’s moving on. Lagipula lebaran selalu identik dengan yang baru, biasanya yang baru memang agak tidak nyaman, contohnya sepatu baru. Suka lecet-lecet. Saya memang harus lecet-lecet dulu sebelum mendapat sepasang sepatu yang nyaman. Contoh sepatu memang sangat akurat berhubung saya sering bermasalah dengan sepatu baru. Kalau akhirnya saat ini saya merasa lebih baik itu juga karena berkah ramadhan dan pertolongan All

Another Farewell

Akhirnya visa si abang keluar. Malam sebelum dia terbang ke negeri Paman Sam itu dia menelpon saya, pamitan. Semua kegiatan say good bye ini sungguh membuat saya jadi mellow. Akhirnya saya berbahagia karena teman saya ini berangkat menggapai mimpinya. Sungguh sahabat seperjuangan yang hebat, memberikan banyak inspirasi dan mengajarkan tidak ada yang tidak mungkin terjadi. Banyak sekali yang diajarkan si abang kepada saya. Saya jadi ingat sesi-sesi percakapan dan diskusi kami yang panjang tentang pekerjaan, mimpi dan keinginan muluk sebagai abdi negara. Saya ingin sekali gagah berani seperti dia, berani untuk mengatakan yang benar itu benar dan menentang apa yang tidak sesuai hati nurani. Saya ingin menjadi seorang guru yang dicintai karena keikhlasan yang tak terperi untuk kebaikan murid-murid. Saya ingin memiliki target-target besar dalam hidup dan tak pernah takut menggapainya. Semua itu terpancar jelas dari keseharian si abang yang diam-diam saya catat dalam hati saya untuk diti

Irene dan Potret Kesiapsiagaan Bencana Kita

Saya ingin menulis tentang Irene. Saya tidak terlalu kenal dia, meski bidang keilmuan saya di disaster management, saya terlalu concern dengan gempa dan tsunami. Hurricane, hanya beberapa saya kenal, ada satu buku yang pernah saya baca tentang Katrina. Kalau sama mbak Irene ini, si ndut yang mengenalkan saya. Lumayan heboh juga, semua bersiap menyambut Irene, termasuk si ndut dengan senter di kepalanya yang sungguh sophisticated. Lalu bercerita tentang bunker untuk menyelamatkan diri dan semua skenario yang begitu jelas untuk bisa dilaksanakan menghadapi semua kemungkinan terburuk. Bahkan skenario tentang kemungkinan terburuk pun sudah ada. Ya, di sana memang akhirnya banyak pohon tumbang, listrik padam, internet putus, dan sarana transportasi diistirahatkan. Ya, begitu semua informasi tentang kebencanaan begitu lugas, bagian dari kehidupan sehari-hari, yang bisa diakses siapa saja. Mereka tau sampai kapan listrik akan mati, transportasi akan jalan kembali, dan berapa cadangan maka

Meski kali ini saja ..

Apakah kita dapat bertemu dalam sempitnya waktu dan riuhnya rasa? aku ingin pulang bersama angin merentang semua kangen yang tak pernah ada namanya sungguh segala resah ini bukan pada langit yang gelap atau pada ruang yang penuh sekali lagi aku harap pertemuan memihak kita, meski kali ini saja

Buka Bersama Forum GIS 2011

Acara buka bersama ini akhirnya terselenggara juga, setelah ditunda dan ditunda. Semua makanan dipesan, demi alasan kepraktisan, berhubung yang perempuannya cuma saya seorang. Menu utama pastinya gulai kambing yang dibeli nun jauh di Paya sana. Kata Rifki, kenapa gak belinya di Iboih aja kak, sepertinya paya kurang jauh. Menu pendukung lainnya masih sama seperti tahun lalu, sangat-sangat tidak kreatif. Bagaimanapun yang paling penting kebersamaannya. Bersama-sama menunggu bedug maghrib. Bedanya tahun ini di rumah Awal, bukan di rumah saya. Partner cuci piring saya aka nenek sudah cuti, pastinya saya agak-agak gimana gitu kalau nyupir sendirian. Lagian beda suasanan dunk, rumah pengantin baru sungguh memiliki atmosfer kebahagiaan yang sangat kuat. Hingga akhirnya ada insiden alergi. Rifki bengkak-bengkak pulang dari salat maghrib. Tertuduh utamanya itu, gado-gado tiga sendok yang dimakan rifki sebelum pergi salat. alhasil tak adalah yang menyentuh gado-gado hingga akhir acara.

Penghujung Ramadhan

Beberapa pekerjaan yang saya rencanakan sebelum lebaran sudah beres ternyata tidak bisa saya selesaikan. Saya merasa sangat bersalah, terbiasa dengan due date dan janji yang ditepati, kali ini saya hanya bisa membiarkannya. “Minggu ini mari kita nikmati, lupakan dulu semua pekerjaan..” Si bos dengan kumis tipisnya tersenyum simpul. Ya, saya ingin menikmati akhir ramadhan ini dengan hening yang damai, setelah huru hara yang saya ciptakan, setidaknya masih ada momen-momen yang bisa saya nikmati bersama teman-teman sebelum semuanya terlanjur mudik. Apakah itu sekilo kue sepet renyah yang akan dengan bangga saya bawa pulang ? Apakah itu buka puasa bersama gerombolan forum GIS yang heboh? Apakah itu berkeliling ke masa lalu bersama benteng-benteng yang tak lagi utuh? Tidak sabar untuk melakukan lebih banyak hal menarik di penghujung ramadhan ini sebelum 45 menit itu bisa dikatakan pulang kampung, jarak paling dekat dalam sejarah mudik saya untuk sekedar menambah angk

Lebaran Preparation

Ternyata hal yang paling ngangenin dari sebuah kebiasaan beres-beres rumah menjelang lebaran adalah menyuruh-nyuruh, alias memberikan perintah, alias menjadi bos. Maka kebahagiaan itu berlalu begitu saja karena pembantu saya dari bogor tidak bisa pulang lebaran ini, terlalu jauh untuk sekedar mengikuti arus mudik. Apalah daya, jendela belum dibersihkan, gorden belum dipasang, bantal belum diganti sarungnya, kue belum disusun di toples, dan taman yang tak terurus. Sungguh memberikan rasa kehilangan yang sangat sehingga rasa gegap gempita menuju lebaran kehilangan gregetnya dengan signifikan. Bagaimanapun, saya ikhlas, seperti kata zivilia, meski kita jauh tapi hati kita terasa dekat. Ah saya sungguh kangen si nduut.

Dua

Satu perdua Keberanian entah datang darimana, entah darimana Kejujuran itu terlalu mengerikan untuk dihentak Aku telah memutuskan dan tak ada ternyata yang terlalu mengerikan Katakan padaku apa arti sebuah kejujuran Dan kali ini akan kuhadapi semua ketakutan itu Malu, apa pula kata malu itu, tak ada dalam kamusku Aku terlalu sumringah dengan lega dan lepas yang terasakan Dua per dua Selesai sudah, semua angan semu dan penantian tak ada ujung pangkal Bolehlah aku terlena sekejap, tapi ini hidupku Tak ada tawar menawar dalam kepastian yang tak pasti Masih ada sedikit asa untuk berkata, setidaknya aku sudah katakan Aku manusia bebas dalam dekapan hari ini Bukan esok atau hari kemarin Terima kasih untuk semuanya, episode ini akan aku kenang selalu Ketika tak ada yang perlu terlalu ditakutkan Dan tak ada yang tak mungkin digapai

Buka Puasa ANSA

Sore ini saya mendapat undangan buka puasa bersama dari teman-teman ANSA. ANSA itu kepanjangan dari Aneuk Aceh South Australia. Ya, sore ini waktunya buat bernostalgila mengenang kehidupan saya di Adelaide dulu. ANSA terbentuk waktu saya masih di sana karena kebetulan ramai sekali student asal Aceh yang kuliah dengan beasiswa setelah tsunami. Jumlah anggota ANSA ini bertambah signifikan ketika Pemda Aceh memberikan Beasiswa belajar di Universitas-universitas di Kota Adelaide. Semester ini, beberapa dari student-student itu sudah meyelesaikan studinya dan siap bergabung menjadi alumni yang perlu disambut dan diberi selamat karena telah menjadi master. Kalau mengenang-ngenang jaman dulu, saya sangat senang dengan acara ANSA karena pasti terselip hidangan khas Aceh yang dibawa teman-teman dalam setiap acara kami. Paling sering Mie Aceh atau Timphan Labu bungkus Plastik. Kami suka ngumpul-ngumpul atau sekedar jalan-jalan. Biasa untuk welcoming yang datang dan farewell yang pulang. Ka

Pemberdayaan Ibu-Ibu PKK

Tanggal merah kemarin, saya tidak pulang. Saya diajak ketemu ibu-ibu di tempat kerjaannya Wiwin. Gampong yang ternyata amat sangat cantik dengan mangrove, terumbu karang, dan pantai pasir putihnya. Saya memang sudah beberapa kali ke gampong itu tapi tidak pernah ketemu penduduk gampong atau melihat langsung detak hidup gampongnya. Wiwin membawa saya melihat sekilas gampong itu, sebelum kami ke rumah keuchik atau kepala desanya. Wiwin sudah buat janji dengan tiga ibu-ibu untuk sesi wawancara saya. Ceritanya saya diminta Wiwin ngebantuin menulis proposal untuk pemberdayaan ibu-ibu. Kali ini untuk kegiatan pembuatan sabun. Sebelumnya saya menelpon adik kelas saya yang jebolan teknologi pertanian, tanya ini itu soal pembuatan sabun. Saya cuma ingin mendapat gambaran apakah kegiatan ini bisa dilakukan ibu-ibu karena hasil searching-searching internet sepertinya agak ribet juga cara membuat sabun. Akhirnya kami disambut dan disambit dengan ibu-ibu itu. Ibu-ibu PKK, saya sampai terha

Lalu untuk apa kita dipertemukan ?

Suatu siang pada hari yang bebas Katakan apa arti kebersamaan yang semu Cerita-cerita yang terlalu biasa Aku membenci caramu memandang hidup Keangkuhan yang kamu umbar pada dunia Meski aku tahu, ada kesedihan yang tertancap begitu kelam Hidup mungkin hitam bagimu tapi terlalu putih bagiku Lalu untuk apa kita dipertemukan Dalam satu dua frame tawa yang canggung Ya, untuk apa kamu tunjukkan biru pantai dan langit Pohon yang terlalu hijau untuk kita kagumi Semua keindahan dalam kelam kacau dunia Lalu untuk apa kita dipertemukan Ketika tidak ada satu alasanpun yang bisa aku pikirkan Bahkan untuk menikmati satu hari berdua Ketika semua yang ada padaku tak pernah sejalan denganmu Aku tau, itu bukan urusan kita Urusan kita hanya tentang pekerjaan-pekerjaan yang seenaknya kita balut dalam ranah hati Aku tak ingin semakin dekat Untuk apa, hingga nanti akan terasakan kehilangan Sementara entah untuk apa kita dipertemukan Ketika k

Sabang, Kota Seribu Benteng yang terlupakan..

Bulan Ramadhan ini saya punya beberapa kegiatan menarik. Pertama, hunting foto, sudah saya tulis pengalaman saya dengan si fotografer. Kedua, ekspedisi Benteng, ini yang akan segera saya tulis. Ketiga, mengumpulkan data untuk perhitungan standar pelayanan minimal untuk enam bidang meliputi kesehatan, kesenian, pemerintahan dalam negeri, pemberdayaan perempuan dan anak, BKKBN, dan sosial. Setiap hari saya harus mengatur jadwal saya agar bisa ikut di setiap ketiga kegiatan ini. Sebenarnya kalau saya boleh memilih, pastinya saya akan memprioritaskan seharian bersama tim ekspedisi benteng. Isinya lima orang lelaki yang tidak mengenal hujan badai dalam memetakan benteng-benteng yang ada di Kota Sabang. Kegiatan kami ini kebetulan dimulai ketika ada beberapa kejadian berkaitan dengan benteng dan meriam yang ada di Sabang saat ini. Jika ingin tau coba tanya mbah google aja de. Kami tidak ada maksud apa-apa kecuali dan hanya untuk kebutuhan data pariwisata sabang berkaitan dengan objek wisa

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Baru kali ini, saya bersentuhan dengan dunia yang seperti ini. Pernah dulu ngimpi jadi Gadis Sampul, hee.. Ngeliat deretan juri-jurinya yang kelihatan smart dan profesional. Alkisah beberapa tahun kemudian, meski tak pernah jadi finalis gadis sampul, saya akhirnya ditawari jadi juri bahasa inggris untuk pemilihan cut abang dan cut adek alias duta wisata Kota Sabang. Saya sadar kok, bahasa inggris saya seadanya Cuma ya ini enaknya tinggal di Kota Kecil, tidak ada yang tidak mungkin. Populasi manusia yang terbatas, sumberdaya yang tak seberapa, akhirnya saya dipercaya buat berpartisipasi jadi juri. Saya deg-deg-an. Terbayang pesertanya pasti cantik-cantik dan guanteng-guanteng. Paginya saya berpikir keras, apakah saya harus mengganti baju seragam saya, karena roknya kena cat trotoar hitam, waktu saya seenaknya duduk di trotoar menemani si fotografer motret. Lalu saya putuskan, karena hari kamis, dan saya sangat perhitungan soal mencuci baju dinas maka tak apa-apalah jurinya rokn

Serunya buka puasa bersama..

Kemarin sepupu saya ulang tahun, jadi acaranya sekalian buka bersama di salah satu restoran ayam goreng di bilangan seutui Banda Aceh. Satu jam sebelum berbuka kami sudah berangkat, menurut info babah saya yang sudah beberapa kali dapat undangan berbuka di luar, kami harus berangkat agak awal karena Banda Aceh macet sangat menjelang berbuka. Seperti biasa, keluarga kami yang duluan tiba, saya lalu mencari meja yang sudah dipesan oleh tante saya. Saya menemukannya, meja untuk dua puluh orang. Semua pesanan hidangan sudah tersedia di atas meja. Lalu mulai datanglah sepupu-sepupu saya yang lain. Masing-masing membawa hidangan pendukung lainnya. Kebiasaan kami untuk makan enak tidak bisa ditinggalkan. Saya bawa bakwan jagung (penuh perjuangan menggorengnya karena cetakannya lengket dan adonan yang kurang tepung) tapi hasil akhirnya tetap kerenlah tersusun rapi dalam tupperware. Babah saya membawa pepaya dengan nata de coco dan jelly buatan sendiri. Tante saya yang punya hajatan mem

Suatu sore bersama si fotografer

Kemarin akhirnya dimulai juga rencana hunting foto sama si fotografer keren itu. Terburu-buru pulang ke rumah, janjinya jam empat sore mau mulai. Pesan singkatnya masuk, saya ditunggu di depan kantor walikota. Weew, saya tidak dijemput. Jadi kami naek motor masing-masing. Mau tau alasannya, harusnya saya tulis di akhir cerita, tapi tak apa-apalah, sekarang saja saya tulis. Dia tidak mau membonceng saya hanya karena saya berat, kata lain buat gendut. Uh, ngeselin banget, semua rayuan maut saya gak mempan. Saya teteup naik si Bang Rio, membelah Kota Sabang yang padat menjelang berbuka. Maafkan kalau saya berat, hee.. Kami mulai hunting berdasarkan album foto jaman dulu, jaman Belanda buat diambil pemandangan jaman sekarangnya. Kalau istilah si Bos "Duplikasi". Setelah seharian duduk sama si Bos mereka-reka dimana lokasi foto, hanya dapat 10 foto. Ketika sudah sampai lapang, dari 10 foto cuma dua foto yang bisa diambil. Sisanya, pemotretan tidak bisa dilakukan karena kondisi

Seum that lagoe..*

Ramadhan kali ini sungguh panas. Saya baca di koran tadi pagi suhu Kota Banda Aceh seminggu ke depan diperkirakan berkisar 35 derajat Celcius. Masyarakat yang menjalankan ibadah puasa diharapkan tidak terlalu lama beraktifitas di luar ruangan. Dulu waktu di Adelaide, setiap hari otomatis saya ngecek ramalan cuaca, tujuannya Cuma satu, tidak salah kostum atau saltum. Hebatnya lagi, prakiraan cuacanya sangat lengkap, pagi siang sore malam. Pagi bisa saja hujan, siang agak panas, sore mendung dan malam hujan lagi. Ya tapi itu hujan di adelaide bisa dihitung datangnya kapan, jarang banget. Hujan deras gitu mana pernah. Paling juga shower, dan saya pernah ngeliat mahasiswa sengaja mandi hujan, karena senang akhirnya hujan turun. Selain itu yang paling penting dilihat adalah kisaran suhu udaranya. Seperti ada dress codenya, 8-15 derajat harus pake coat, 15-25 bolehlah jaket saja, 25-30 semua koleksi cardigan dikeluarkan. Lalu selebihnya artinya harus ngadem di library yang pendingin ruangan

In memoriam si Tante

Kalau mengenang Almarhumah si tante, ada beberapa pesannya yang saya tidak bisa lupa. Waktu itu akhir 2004, saya baru selesai kuliah di Bogor, saya pulang untuk ikut tes PNS. Selesai tes, saya ngotot minta di antar ke terminal bis supaya bisa berlibur setelah semua huru-hara menyelesaikan pendidikan. Saya memilih ke Lhokseumawe ke tempat tante saya itu. Saya disambut dan disambit dengan daftar jajanan dan wisata kuliner wajib Kota Lhokseumawe. Pasangan ini mang doyan makan enak. Kalau si Tul gak bisa ngantar maka si tante akan membonceng saya dan anaknya dititipin ma guru TK lalu kami berkeliaran mencari makanan enak. Sungguh kontras kehidupan saya kala itu, dari anak kos-an yang makan seadanya menjadi keponakan yang kebanyakan makan makanan enak. Disela-sela itu si Tan, berbisik kepada saya, dia bilang, it’s time Ai. Ya waktunya saya buat pake bedak dan mengoleskan lipstik di bibir saya. Menurut dia, seorang perempuan dewasa harus kelihatan “menarik”. Salah satu cara buat menarik ya

Ujian yang lain..

Hari ini saya ingin menulis tentang sesuatu yang kita pikir sudah kita miliki, karena ya itu tinggal tunggu waktu aja, itu akan terjadi. Contoh kasus, teman saya, sudah mendapatkan beasiswa paling bergengsi, sudah lolos tujuh kali seleksi, jadi tinggal tunggu waktu berangkat saja. Komunikasi dengan universitas lancar, sudah punya tanggal-tanggal yang harus dijalani, untuk berangkat, welcoming, mulai kuliah, then it happened. Visa belum beres, gak tau bisa keluar apa gak visanya. Bahkan gak tau kenapa visanya mesti di review untuk waktu yang tak terbatas. Ya gitu, suka seperti itu, pengalaman pribadi saya juga seperti itu, meski beda kasus. Kenyataan yang harus dijalani, sesuatu yang kita kira udah gak ada masalah lagi, udah lancar jaya, udah mulus semulus jalan tol, eh, malah di situ kita harus berhenti buat merenung, muhasabah diri, kayaknya ada sesuatu yang salah deh. Ada beberapa faktor yang bisa membuat itu terjadi, semua terjadi karena ada alasan. Kalau dari analisa kami, mungkin

Bang Rio, lagi-lagi..

Sejak nambal ban yang bocor itu, bang Rio agak-agak gimana gitu kalau dikendarai, agak goyang ban belakangnya. Saya sadar, sebagai perempuan saya tidak terlalu mengerti tentang seluk beluk masalah motor, kenderaan bermotor. Buat saya yang paling penting keamanan berkendera, apalagi dengan skill saya yang masih pas-pas-an. Jadi perubahan sekecil apapun yang terjadi dengan bang Rio, dan terasakan dengan feeling saya langsung saya tanggapi dengan serius. Ternyata, satu-satunya cara menurut montir bengkel resmi pabriknya, harus ganti ban. Logika saya, masa seh gak bisa dibenarin aja, apa karena salah pas pasang bannya. Lagi-lagi karena saya sama sekali gak ngerti, saya ganti aja bannya. Saya percaya saja dengan solusi yang ditawarkan. Rasanya agak repot kalau harus tanya-tanya dulu dan research dulu. Lima belas menit maka bereslah urusan saya di bengkel. Ban belakang diganti dan saya meluncur dengan bahagia. Mungkin harus dimasukkan persyaratan baru untuk yang mau apply, mengerti masalah B

Pemotretan Tim SGDC 2011

Hari ini kami pemotretan, rencananya minggu lalu, cuma hari yang disepakati terlewati begitu saja. hee.. semua pada lupa. Maka hari ini tanpa rencana semua diorganisir, diundang buat foto bareng. Kadang, foto apapun itu dianggap hal yang tidak begitu penting. Sebenarnya foto atau dokumentasi memberikan makna yang besar bukan hanya untuk saat ini tapi untuk beberapa tahun kemudian. Lagian pas foto-foto pasti banyak tingkah gila keluar, jadinya suasananya sangat nyaman dan penuh kekeluargaan, terlebih buat bapak-bapak sama ibu-ibu yang semakin jarang di foto bareng teman-temannya. Buat tim SGDC kita memang punya tradisi berfoto bersama setiap mau launching produk. Keliatan setiap tahun timnya bongkar pasang. Semoga kualitas pekerjaan kami lebih bagus tahun ini. Saya sendiri belum mulai mengerjakan tugas saya, malas sangat buat nulis. Apapun, semoga pemotretan tadi memberi motivasi buat saya untuk mematuhi due date tugas saya. ah, semoga..

Tradisi Meugang di Aceh

Puasa hari kedua, saya baru balik ke kantor. Suasana masih sepi, masih sulit untuk kembali ke irama yang sama sebelum puasa. Suasana Ramadhan terasa sekali, jalanan lebih legang, dan tanpa sengaja tadi tercium aroma ikan goreng tetangga saya yang berbeda keyakinan. ehm.. Meugang kemaren, dua hari dan sehari sebelum ramadhan mulai, suasana hiruk pikuk. Hampir semua sudut kota Banda Aceh dipenuhi pedagang daging meugang. Meugang merupakan tradisi masyarakat Aceh memotong sapi/lembu sebelum ramadhan. Konon dulu sejarahnya rakyat Aceh hanya mampu memotong sapi atau makan daging saat ramadhan, sehingga daging yang dipotong itu harus diawetkan menjadi Sie Reboh dan Sie Balu agar tetap bisa dimakan dalam waktu setahun. Jangan kira dengan banyaknya sapi yang disembelih harganya jadi murah, tentu saja tidak. Konon harga daging sekilo bisa mencapai seratus duapuluh ribu rupiah. Mungkin paling mahal se-Indonesia. Tradisi meugang mulai berkembang dengan acara antar mengantar daging yang sudah diol

masih ada aku, masih ada aku dalam ingatmu

Terima kasih sudah datang menemuiku Sebelum kamu pergi dan membawa hatiku bersamamu Terima kasih untuk semua usaha membuatku merasa bahagia Memperdulikanku di saat waktumu terlalu sempit Sepatu yang tak ada nomornya dan koper yang belum selesai di packing Terima kasih, masih mau menjelaskan padaku tentang semua yang mengkhawatirkanku tentang perasaan sedih ditinggalkan dan Terima kasih, sudah memberanikan diri untuk duduk dan berbagi tawa hingga hampir tengah malam karena besok mungkin kita harus menunggu terlalu lama untuk sekedar berbagi kata ternyata, Masih ada aku, masih ada aku dalam ingatmu, Terima kasih