Posts

Showing posts from October, 2012

homesick tingkat dewa

Setelah malang melintang merantau, baru kali ini saya merasa galau dengan perasaan rindu rumah. Mungkin ini sejenis homesick yang benar-benar menjangkiti ketika udara makin dingin, dan langit makin kelam. Nun jauh di sini, perjalanan hidup baru dimulai, menanjak pelan dan pelan, Memerlukan hati yang semakin lapang dan tegar dan rindu ini membuat saya mengkerut Beberapa yang biasa saya lakukan ketika dada mulai sesak oleh rindu : Masak air, buat teh yang tidak terlalu manis, menikmatinya hangat,  seperti sore atau pagi di rumah kami Goreng telur, nasi panas, dan kecap, makan dengan tangan, membayangkan telur dadar buatan babah yang digoreng penuh cinta Duduk di Bis, pasang earphone, pejamkan mata, mengalun lagu-lagu dari album “Nyawoeng” yang merdu, penuh hentakan mengusir galau.. Buka kulkas, ambil sebatang coklat, membayangkan jika di rumah “coklat” harus dibagi dengan adil dan bijaksana, meniatkan setiap cecap untuk penghuni rumah tercinta.. Sepe

Wochenende Reisen

Minggu lalu, saya travelling ke dua kota untuk menemui teman-teman saya. Awalnya gak terlalu yakin karena kondisi keuangan yang agak mepet sementara ada banyak yang harus dibeli untuk persiapan musim dingin. Sementara harga tiket kereta sudah penuh angkara murka menembus angka seratusan. Namun, semakin dipikir semakin tak berdaya menahan gejolak untuk menentramkan kepala setelah tiga minggu pertama yang sungguh suram. Maka untuk pertama kalinya, saya coba mitfahren, alias numpang mobil orang dan membayar tidak terlalu mahal. Menumpang mobil orang ini ternyata nama lain untuk mobil travel yang isinya banyak manusia dan saya harus duduk enam jam di samping supir yang sibuk flirting dengan gadis di samping saya. Badan terjepit, kaki tergantung, dan telinga disumbat dengan lagu-lagu kesayangan yang bersaing galak dengan suara radio mobil. Alhamdulillah saya tiba dengan selamat dan disambut sahabat-sahabat tersayang langsung diajak makan yang enak. Satu setengah hari berjalan ke s

selamat hari blog nasional :)

Rasanya baru saja, saya menulis tentang hari Blog Nasional. Ternyata baru itu baru tahu lalu. Hari ini 27 Oktober 2012 tepat lima tahun saya jadi blogger. Meski isi blog saya masih tetap tentang hidup saya dan tanpa interaksi (no comment) namun saya berharap ada sedikit inspirasi yang didapatkan ketika ada yang membaca blog saya. Setidaknya teman-teman saya tau keadaan saya dan buat yang kangen-kangen, bisa terobati kangennya. Hahaha.. Tahun ini dan beberapa tahun ke depan, Insya Allah saya menulis blog di Bonn. Sungguh menyenangkan memiliki kesempatan menulis di beberapakota  yang berbeda. Sejauh ini Adelaide, where I start to write this Blog, Banda Aceh, Sabang, Jakarta (meski cuma 9 bulan), zwei Monaten in Dortmund und hier sind wir in Bonn.. Meski status saya masih “ledig’ tetapi ada cerita baru tentang perjalanan saya memulai phd. Mungkin nanti akan sering saya tulis, mungkin juga tidak, tergantung ke depannya. Saya hanya ingin menulis di blog tetap menyenangkan. Pastiny

Ibarat Gajah

“Trying to hide the love you feel for someone is like trying to hide an elephant”   Entah kenapa ketika membaca kalimat itu, saya tersenyum. Sungguh perumpamaan yang benar. Pengibaratan yang cerdas. Saya sangat-sangat setuju dengan quote ini. Quote ini adalah quote favorit temannya ndut yang saya temukan di wall fb-nya.   Bicara soal gajah, gajah adalah salah satu hewan favorit saya. Saya suka sekali gajah. Kalau saya punya ga jah, pastinya tidak akan saya sembunyikan, malah saya pamerkan. Lebih baik gajah itu bebas berkeliaran daripada saya harus membuat kandang yang besar untuk menyimpannya dan pastinya gajah itu tidak akan nyaman dalam kandang yang sempit. Kali terakhir saya ke kebun binatang di Malang bersama adik saya, kami berdiri lama di depan kandang gajah menonton tingkah polahnya yang menggemaskan. Gajah itu bermain-main sendiri dan bercanda dengan pawangnya. Saya dan adik saya terkagum-kagum dengan tingkah laku sang gajah menggoda pawangnya. Kalau di Aceh, tid

musalla kecil

Setelah makan siang biasanya saya turun untuk salat zuhur di lantai paling bawah gedung lantai 29 ini. Sebenarnya bukan musalla tapi ruang untuk meditasi atau „meditation room“.   Sebagian besar  yang beragama islam selalu menggunakan ruangan ini untuk salat zuhur dan ashar. Kadang-kadang saya bertemu dengan beberapa orang, yang sudah selesai atau mau salat. Mereka selalu mendahului saya mengucap salam.   Ruangan ini juga dilengkapi tempat wudhu. Hal yang baru saya sadari, ciri khas dari tempat wudhu adalah fasilitas mencuci kaki yang tersedia sehingga kita tidak perlu mengangkat kaki kita ke atas wastafel. Keran cuci kaki ini sepertinya sengaja disediakan bersebelahan dengan wastafel.   Tempat wudhu ini ada pintu gesernya sehingga bisa ditutup jadi saya bisa membuka jilbab dan berwudhu dengan bebas. Di samping tempat wudhu, ada lemari yang isinya lumayan banyak sejadah dan beberapa Al-quran. Ada juga terjemahan Al-quran dalam bahasa inggris. Sepertinya komplitlah jadinya me

Uncertainty

Kalau ada yang tanya, bagaimana keseharian phd student, bisa ngecek di phd comic. Sebagian besar yang digambarkan berdasarkan pengalaman banyak orang meski dalam media kartun-kartun yang kocak. Ketika sahabat saya bertanya, apa yang saya lakukan dua minggu pertama memulai, tidak banyak yang bisa saya jelaskan. Minggu pertama, saya google internet dengan pertanyaan “how to start your phd”  dan menulis email kepada teman-teman yang sudah di tahun pertama dan kedua phdnya, khususnya teman-teman saya waktu di adelaide dulu. Saya juga melakukan wawancara dengan beberapa orang dan coba mengingat nasehat-nasehat uci susilawati yang baru menyelesaikan phdnya dengan gemilang. Minggu kedua, saya habiskan dengan mereview lagi proposal saya. Membaca jurnal, laporan, dan thesis yang saya temukan di kampus. Membuat catatan-catatan, berjibaku dengan semua pertanyaan, bagai benang kusut yang tak ada habisnya. Kadang-kadang susah sekali menarik bibir ini buat tersenyum, kelu. Kebiasaan me

My Teenager Memories

Kemarin terharu biru membaca blog seorang sahabat, saya sangat bahagia dengan kemampuannya sangat detil mengingat kenangan kami yang indah. Makasi ya Din, sudah menuliskan itu semua :) Waktu SMP, saya ikut satu kegiatan majalah dinding dan majalah sekolah. Is, bangga kali wak, waktu artikel saya dimuat. Sayangnya koleksi majalah "Ranup Seulaseh" saya kena “tsunami” hilanglah bukti kejayaan saya menulis.  Hari minggu biasanya kami ke laut, mandi laut rame-rame. Sore nonton teman sekelas saya maen bola, kayaknya saya udah pernah cerita jadi menejer tim bola yang namanya “juventus” dan “mu”. Kalau musim mangga, teman saya si Dedi yang punya pohon mangga depan rumahnya, selalu bawa mangga sekalian pisau dan bonus ngupasin mangga buat teman sekelas. Teman sebangku saya yang agak metal, mengajarkan saya banyak hal berkaitan dengan kenakalan remaja. Termasuk cara lompat pagar buat cabut. Waktu itu dia udah bisa nyetir dan punya mobil, jadi kami jalan-jalan naik mobil

a plok of hopes

Image
Siang tadi saya sempat membaca beberapa blog tentang minimalis, dan saya menemukan tentang ide menulis keinginan, perasaan atau apapun dalam kertas warna-warni lalu dilipat dan dimasukkan dalam toples. Maka tanpa pikir panjang saya mencari kertas yang tak dipakai lagi, memotongnya kecil-kecil, menulis, dan melipatnya dengan rapi. Awalnya saya menulis tentang perasaan, keinginan, dan harapan saya saat ini. Setelah selesai saya menulis untuk “dia” yang masih saja menyewa kamar-kamar di hati saya. Meski sudah diusir karena kelamaan tanpa status yang jelas, tetap saja dia bergeming. Maka dalam kertas-kertas kecil itu saya menulis apa saja yang saya rasakan.  Kalau dengan orangnya, jangan tanya sudah berapa banyak email komplain yang saya kirimkan. Kata dia, be free, tulis saja suka-suka saya. Dia tahu saya beraninya cuma nulis, kalau ketemu orangnya langsung kehilangan kata ha..ha..ha.. Tanpa terasa banyak sekali kertas yang telah saya tulis dan saya lipat berbentuk segitiga.

weekend seadanya

Sudah dua weekend, saya di rumah saja. Tidak kemana-mana Bersih-bersih kamar, dengarin lagu, membaca, masak memasak, dan yang paling saya tunggu, sesi telpon ke rumah dan skype dengan sahabat-sahabat tercinta. Hari sepanjang minggu, sore jam 7 malam baru tiba di kamar. Sudah terlalu lelah untuk melakukan apa-apa. Mau menelpon ke rumah, yang di rumah sudah terlelap. Mau chat, semua sedang sibuk dengan pelajaran atau pekerjaan masing-masing. Biasanya langsung tidur, mengendapkan semua yang terjadi satu hari. Salah satu, kebahagian kecil saya yang hilang belakangan ini adalah tidur siang.  Menderita sangat tanpa tidur siang yang selama ini tak pernah saya tinggalkan. Sabtu dan minggu adalah kesempatan tidur siang yang tak boleh disia-siakan. Maka tadi saya tidur dengan nyenyak. Sesiangan saya berbicara dengan nenek, hampir tengah malam di Bandung. Nenek sudah nguap-nguap. Sesekali saya ngelap “ingus” yang pengen menyapa nenek. Sudah terasa dingin sekali, alergi musim dingin s

Makan Siang Bareng

Pesan si Bos, pada kali pertama meeting saya : “Sari, kamu harus sering ikut teman-temanmu makan siang bareng  ya..” Mungkin, dia melihat “lunch box” di mata saya. Maka dengan patuhnya saya ikut teman-teman baru saya makan siang. Suasananya asyik, kadang, kadang saya cuma jadi obat nyamuk. Saya menjelma menjadi sangat pendiam, dan jadi pendengar yang baik. Rupanya pada saat makan siang inilah, semua gosip dibarter, cerita, isu, atau sekedar obrolan ringan. Dari pagi sampai siang dan setelah makan siang sampai sore, teman-teman saya ini tak banyak bersuara. Konsen dengan pekerjaannya. Pada saat makan siang, hal-hal yang pengen saya tanyakan, bisa saya tanya dengan santai dan dijawab dengan senyum. Kadang kami makan di kantin atas, kadang jalan keluar, menjelajah kantin-kantin di sekitar, dan saya berkesempatan cuci mata, ngeliat mas-mas ganteng dengan jas, atau sekedar kemeja yang rapi jali. Pasti pengen tau kan, saya makan apa? Belum saya buka mulut, mas atau mbak

Autumn in Bonn

Akhirnya, saya menyerah. Seharian melihat layar komputer, membaca, menulis, berpikir, nguap, ngintip2 facebook, baca koran, baca blog, dan sekarang tiba saatnya menyambut akhir pekan yang indah. Maafkan untuk posting-posting saya yang belakangan melankolis hiper tak proposional, biasalah soal hati, banyak birokrasinya. Mesti diturutin, kalau gak, bakal cari-cari masalah ke divisi lain-lain yang harusnya memerlukan kosentrasi yang lebih banyak. Saya mau cerita tentang kota Bonn. Sebagai Booner, ehm, bukan bonek ya, yang masih baru, saya masih sering tersesat kalau mau kemana-mana. Modalnya Cuma satu, bertanya. GPS di BB gak bisa diandalin, malah tambah bingung. Alhamdulillah, saya sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa Jerman, meski harus loading agak lama dulu, tapi overall sudah bisa mengerti. Rupanya inilah hikmah setahun berteman dengan bahasa ini. Bonn itu tidak besar tidak kecil kotanya. Kata teman saya, serupa bandung tempo dulu. Sebagai bekas ibukota Jerman barat,

Vielen Dank :)

Saya selalu bahagia mendapatkan email. Seminggu ini, sahabat saya yang juga sedang belajar di negeri yang jauh, rajin menulis untuk saya. Bahasanya indah, mengalir pelan dan penuh motivasi. Pertanyaan-pertanyaannya tentang hidup saya di sini, membantu saya merefleksikan semua yang sudah saya lakukan, dan itu sungguh menyenangkan. Memiliki sahabat seperjalanan memang sangat penting dan saya sangat bersyukur karena ketika BB saya berkedip-kedip, mendapati sebuah email yang ditulis sepenuh hati.  Saya harus menggeser keypad pelan, membaca kalimat-kalimat yang runut dan indah hingga membawa saya dalam satu dunia yang terang. Dia selalu bisa membuat saya tersenyum.  Terima kasih, ich bin sehr froh, dass du ein email fuer mich schreiben.. Vielen Dank..

Awal perjalanan

Memulai tidak pernah mudah. Meski saya sudah membayangkan semua yang akan saya hadapi, tapi tetap saja, ketika menjalaninya, saya merasa goyah. Beberapa hal sepele, negosiasi, janji, ketidakjelasan, bingung, marah, sedih dan semua emosi negatif sedikit banyak mulai menggoda. Namun, saya sangat bersyukur karena saya masih punya sahabat-sahabat yang dengan baik hati, membalas email saya, menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, dan yang paling baik hati, mengirimkan proposal researchnya pada kali pertama saya meminta tanpa susah payah. Terima kasih tak terhingga untuk kemurahan hati berbagi hasil karya yang dibuat dengan susah payah. Semoga nanti ada kesempatan saya traktir secangkir dua cangkir kopi. Perjalanan ini sungguh menantang.. dan semoga jalan ini tak terlalu sepi..

ketika cinta "meupadok"

Saya pikir, hal yang menyakitkan dari sebuah kisah cinta yang gagal, adalah bertepuk sebelah tangan. Namun, akhir-akhir ini saya baru tau, ketika cinta bersambutpun, masalah belum selesai. Belum bisa dikatakan cerita itu akan happy ending. Saya ikut tertawa ketika tercipta sebuah cerita atau ide untuk membuat film dengan judul “ketika cinta meupadok”. Dalam bahasa aceh, meupadok artinya terhalang. Istilah ini muncul ketika teman saya ingin mengambil foto kami bersama, ada payung di samping kami sehingga foto kami itu terhalang payung. Meupadok, terdengar sangat lucu, dengan aksen aceh yang kental. Setelah itu mulailah istilah meupadok jadi beken seiring berjalan waktu ada satu cerita di antara kami yang kisah cintanya terhalang karena satu dan lain hal. Bagian paling sedihnya, hari ini saya baru menyadari, kisah saya pun meupadok. Banyak sekali yang telah kami lalui dalam semua warna paling indah dan paling gelap. Bahkan dalam khayalan paling indahpun, saya tak pernah ber