Cerita Lebaran Kami di Dortmund


Tulisan ini saya tulis karena setelah sesi skype 2 jam-an dengan sahabat saya uci, dia lupa menanyakan tentang lebaran saya di Dortmund tahun ini.

Begini ceritanya,

Beberapa hari sebelum lebaran, teman-teman yang berjenis laki-laki, yang selama tiga minggu di sini berbuka puasa dan salat di Mesjid Taqwa Dortmund sudah bertanya-tanya tentang dimanakah kami akan salat. Mereka sampai mengirimkan email ke pengurus mesjidnya, dan Alhamdulillah dijawab secara email dan secara langsung. Oia, saya mau cerita tentang teman-teman saya yang selalu bersemangat bercerita tentang menu buka puasa di mesjid ini yang sungguh enak dan banyak. Kadang-kadang makanan tersebut masih bisa dibungkus dan dibawa pulang untuk kami.

Sehari sebelum lebaran, kami sudah mulai memasak lontong (lontong sachet yang harus direbus 3 jam lebih) dan teman-teman. Berhubung masaknya pake kompor listrik maka jadi semakin lamalah memasaknya. Masalah lontong ini sebenarnya hanya tradisi dan sedikit bisa jadi pelipur lara karena jauh dari rumah. Pagi sebelum salat disunahkan untuk makan pagi, maka makan pagilah kami dengan lontong itu.

Lokasi salat Id ternyata di tengah taman yang luas sekali. Waktu pertama kali duduk di shaf perempuan, saya pikir yang perempuan tidak ikut salat karena shafnya masih amburadul dan banyak anak-anak yang berlarian. Menjelang shalat shaf sudah rapi kembali. Shalatlah kami Ied dengan khusyu. Ceramahnya dalam dua bahasa, pertama bahasa arab lalu bahasa jerman. Berhubung tidak memakai pengeras suara maka hanya sayup-sayup terdengar.

Usai shalat, kami menikmati santapan di tempat ibu-ibu. Suasananya agak canggung karena kendala bahasa yang tak sama. Sebagai minoritas yang berbahasa Indonesia dan berbahasa jerman patah-patah kami memilih untuk berkosentrasi pada makanan yang ada. Namun kami saling bersalaman dan mengucapkan Ied Mubarak dengan hangatnya.

Menu lebarannya, bukan lontong tetapi roti dengan salat, salami, keju, tomat, timun, dan pancake. Saya paling suka dengan kue-kue keringnya yang sepertinya ala timur tengah. Berbasa-basi sebentar tapi tak berhasil dan pulang dengan senyum. Sungguh merindukan suasana lebaran ala indonesia yang hangat.

Pulangnya kami pergi ke Ideen park, sebuah pameran tentang ilmu dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan anak-anak untuk ikut serta membuat dan menggunakan teknologi tinggi tersebut. Sungguh menarik dan sungguh pegal. Agak sore kami pulang dan selesailah lebaran tahun ini. Semoga tahun berikutnya lebaran di sini lebih menarik dan lebih bermakna.

begitu :P

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda