Posts

Showing posts from September, 2015

sepertinya sudah usai

seperti hari yang terlalu panjang menuju senja dan rengkuhan kenangan yang tak jua pergi pada perbatasan hari ini aku memikirkan semua jalan untuk kembali pada hatimu dan tak ada yang kutemukan kecuali jejak-jejak yang masih tertelusuri catatan tentang rencana besar kita fotomu dan foto-foto yang kau kirimkan untukku potongan percakapan dan itu saja lainnya tidak jelas antara kangen dan ingin melupakan tercampur dan tak terpisahkan kali ini sepertinya sudah usai seperti tanda titik dan seru yang besar sekali

merindu

Hi kamu, tadi pagi aku mengayuh sepedaku di antara dedaunan yang menjadi cokelat dan menutupi tanah tadi pagi agak dingin, jaket merahku berkibar-kibar ditiup angin dan aku tetap saja penuh peluh, nafas cepat, dan kedua lututku berteriak-teriak akhirnya aku turun dari sepeda dan mendorongnya sebentar mengatur nafas kemudian naik dan mengayuh lagi tapi aku lupa pakai helm helm aku letakkan di keranjang sepeda aku terlalu larut memikirkanmu aku ingin kamu tahu, aku sekarang punya sepeda Hi kamu, aku tau apa yang akan kamu katakan, apa hebatnya naik sepeda ? menurutmu hal-hal seperti itu tidak hebat hanya saja, daun yang berguguran dan pergantian musim ini membuatku semakin sering mengingatmu mengingat betapa aku selalu bersemangat mengirim pesan pendek yang tidak penting dan selalu bisa menebak apa yang akan kamu tulis untuk membalas pesanku Hi kamu, aku merindumu sedikit tadi pagi sambil mendorong sepedaku pelan-pelan pelan-pelan merindumu

september kelabu

seperti ini rasanya terpisah ribuan igauan dan mimpi kepagian aku merasakan kerinduan entah pada apa mungkin sedikit sapa dan percakapan yang tak pernah kita banggakan aku berbicara padamu yang melekat pada ingatan apa yang kita lakukan hingga tak ada lagi tempat kembali pada saat aku begitu membutuhkan senyummu hanya fotomu di papan hitam itu dangan latar hijau yang tak pernah seteduh hutan tempat kesayangan kita atau biru kemejamu yang mengingatkanku pada langit aku membenci diriku yang masih memanggil namamu saat-saat seperti ini harusnya aku berhak atas sedikit teduhmu tapi tidak lagi, dan tidak akan pernah lagi terlanjur semua menjadi gurauan masa lalu hanya saja, kamu bukan kesalahan atau kelemahan terlebih kebodohan kamu itu seberapapun aku mencoba seseorang yang membuatku merasa hidup dalam sepenuh-penuhnya rasa -dua hari di rumah membuatku memikirkanmu lagi-