Posts

Showing posts from March, 2015

English evening tea

Kemarin sore, saya dan tiga teman seruangan di kampus ngumpul dan ngeteh bareng , di rumah salah satu teman saya. Kami duduk berempat mengelilingi meja makan, masing-masing dengan secangkir teh, cake buah dan biskuit. Lilin aroma dan alunan suara mbak norah jones yang gak tau kenapa (don't know why) memberikan rasa hangat meski langit mulai gelap. Satu teman saya, baru mulai phdnya minggu lalu. Satu teman saya, mengatakan dia akan menikah tahun ini setelah sembilan tahun pacaran. Satu teman saya, sang tuan rumah, bercerita ini itu sambil tersenyum-senyum Saya, sibuk dengan pikiran sendiri, begitu aneh kami berempat bisa berkenalan, belajar dan minum teh bareng di negeri antah berantah ini. Lalu akan berpisah lagi, melanjutkan hidup, dan saling melupakan dan entah kapan bisa bertemu lagi untuk ngeteh bareng.

menjelang sembilan di pagi hari

Jam ngantor atau ngampus saya selalu tidak pernah kurang dari jam 9 pagi berangkat dari rumah, kecuali ada meeting atau urusan yang membuat saya harus pagi-pagi datang ke kantor. Mendekati jam 9 pagi berada di dalam kereta bawah tanah atau u-bahn, mengingatkan saya pada kereta Jakarta-Bogor, meski tentu saja tidak serapat itu. Tadi pagi, seorang mbak membawa masuk sepedanya ke dalam kereta dan saya berada di gerbong paling depan, gerbong sasaran utama penumpang yang mencoba peruntungannya untuk mengejar kereta. Saya merasakan kembali berada di antara manusia yang akan berangkat kerja yang membuat udara dalam kereta terasa agak sesak. Jarang-jarang sebenarnya kejadian itu terjadi, apalagi di Bonn. Saya selalu bisa duduk manis dan menikmati perjalanan dengan santai. setelah jam 9 pagi, semuanya menjadi tenang kembali. Pengalaman menikmati kenyamanan transportasi publik ini sungguh sesuatu, tinggal di kota kecil yang semua jadwal selalu setia hingga bilangan detik. Mungkin tidak

Roses

Teman saya nitip bunga buat saya, bunga mawar merah, yang dengan patuh dibelikan juga oleh kecengannya yang kebetulan lagi di Bonn. Si kecengan yang unyu ini, naik sepeda satu jam buat janji ketemu saya, menunaikan amanah membelikan bunga buat saya, dan mengambil titipan saya buat teman saya yang akan ditemuinya hari ini dengan enam jam naik kereta. saya dan si cowok ngobrol banyak karena dia berbahasa Indonesia dengan lancar. Si cowok ini ahli pertanian, khusunya bunga dan buah-buahan. sempat dia berpesan pada saya untuk memotong ujung tangkai bunga ketika memindahkan bunga ke dalam vas bunga. Sementara saya, sangat bahagia membawa sebuket mawar merah pulang ke rumah. Mawar merah selalu berarti cinta, teman saya itu mencintai saya dan niat banget menyenangkan hati saya dengan mengirimkan utusan hatinya. saya sangat bersyukur karena mendapatkan perhatian sebesar itu dan terheran-heran dengan ide teman saya yang sangat menyentuh hati. pemberian yang tulus dan semua usaha untu

LDR

Tiba-tiba, ada emailnya di inbox saya. dan lalu emailnya lagi kali ini sudah ada jam dan tanggal. Jadi sekarang seperti inilah kami, bertemu dan berbicara lewat Skype. Tampangnya masih acak-acakan, dia baru pulang dari Jepang. Sempat ditunjukkannya mug bergambar lukisan tsunami yang dibawanya dari Jepang sana. Semuanya berbicara, bukan saya saja. Mbak Ayu bergabung dari atas bis yang membawanya dari Bogor ke Jakarta. Saya dan dua orang teman duduk berbicara dari ruangan kami di Bonn. Seperti itu, semua sudah berubah.. tapi sempat dikatakannya sekali lagi kepada saya, kamu tau kan, aku harus pindah, karena aku harus pindah dan kamu harus tau, kamu masih aku pikirkan, kamu masih ada dalam agendaku.. telpon atau kirimlah email untukku, jangan lupa letakkan high priority, karena ada 500 email yang aku terima setiap dua hari. ah, aku membayangkan emailku tersesat di antara lima ratus email di inboxnya dan dia masih bisa menemukannya sedangkan email darinya akan kesepia

final year

Tahun terakhir phd ini sungguh berat. aku pura-pura tabah dan membisiki diriku, semua akan baik-baik saja sari. bertahanlah sedikit lagi. sedikit lagi, dalam semua ketidakpastian. teruslah berlari.. aku harus mengakui, khawatir mulai mengurung, aku tidak bisa merasa tenang atau elegan lagi. waktu mengejarku. dan dia menulis untukku, ketika kutumpahkan semua galauku "kerjakanlah sari, kerjakan.. kamu perempuan jenius dan kuat.." kali ini, dia mengatakannya dengan sungguh-sungguh..