suatu sore bersama si kakak
Akhirnya saya di
sini, duduk menikmati sore bersama perempuan ini, di atas meja dua cangkir teh
dan pisang goreng tersaji hangat. Cuaca masih dingin, salju masih turun
pelan-pelan.
Perempuan itu
tersenyum manis sekali, ah senyumnya mengingatkan saya pada seseorang. Dia
terus saja bercerita tentang kampung halaman, keluarga dan masa lalunya.
Sekali-kali saya
mencuri pandang, memandangi ruang tamunya yang dipenuhi foto keluarga dan sentuhan-sentuhan
di ruangan ini membuat saya merasa di rumah. Seperti ini rumah-rumah di atur di
kampung kami.
Dia masih saja
tersenyum dan tersenyum, ah kenapa saya mau bertemu dengannya, perempuan ini
semakin mengingatkan saya pada dia. Pada emailnya, setelah sekian lama kami tak
bertukar kabar,
„Kalau adek
singgah ke kota itu, hubungi kakak abang, ini alamat email dan nomor
teleponnya.“
Lalu di sini,
kami tak habis-habisnya bercerita tentang si abang-saya dan si adek
kesayangan-kakaknya.
Sepertinya si
kakak sangat merindukan adeknya.
Dan saya jadi
terkenang kembali pada cerita-cerita saya bersama si abang.
„hmm, kamu mengenalnya
begitu baik, dan dia menyuruhmu menemuiku, sungguh tak biasa.“ Kata-kata perempuan
itu membuatku salah tingkah.
„aku pikir, dia
juga merindukanmu, dan mungkin kamu perempuan yang ingin dia pertemukan denganku,
perempuan yang dia banggakan tapi tak pernah bisa dimilikinya..“
Lalu kami
sama-sama menyesap teh dan membiarkan hening mengurung sesaat.
„ Terima kasih
sudah datang menemuiku..“ perempuan
itu tersenyum sambil memandangku penuh makna.
* vielen Dank untuk alamat email dan nomor teleponnya :)