Sabang, Kota Seribu Benteng yang terlupakan..

Bulan Ramadhan ini saya punya beberapa kegiatan menarik. Pertama, hunting foto, sudah saya tulis pengalaman saya dengan si fotografer. Kedua, ekspedisi Benteng, ini yang akan segera saya tulis. Ketiga, mengumpulkan data untuk perhitungan standar pelayanan minimal untuk enam bidang meliputi kesehatan, kesenian, pemerintahan dalam negeri, pemberdayaan perempuan dan anak, BKKBN, dan sosial. Setiap hari saya harus mengatur jadwal saya agar bisa ikut di setiap ketiga kegiatan ini.

Sebenarnya kalau saya boleh memilih, pastinya saya akan memprioritaskan seharian bersama tim ekspedisi benteng. Isinya lima orang lelaki yang tidak mengenal hujan badai dalam memetakan benteng-benteng yang ada di Kota Sabang. Kegiatan kami ini kebetulan dimulai ketika ada beberapa kejadian berkaitan dengan benteng dan meriam yang ada di Sabang saat ini. Jika ingin tau coba tanya mbah google aja de. Kami tidak ada maksud apa-apa kecuali dan hanya untuk kebutuhan data pariwisata sabang berkaitan dengan objek wisata historis.

Seperti biasa, kompornya kegiatan ini adalah si bos. Kali ini tidak ada TORnya, langsung nyebur. Data awal dicari penuh perjuangan karena ada beberapa pihak yang agak sulit dimintai ketulusan hatinya memberikan data untuk pemetaan benteng ini. Awalnya si Bos pengennya sekalian memetakan makam keramat 44 yang ada di Sabang. Berhubung dalam bulan Ramadhan dan kondisi medan yang naik turun gunung, dan setelah konsultasi dengan pihak disbudpar, kami putuskan untuk mengambil data benteng yang lokasinya tidak terlalu sulit ditempuh karena berada di pusat Kota Sabang.

Rencana awal, tim dibagi 3, jadinya pasangan seperti biasa saya langsung nyomot si adek kelas partner survey saya, tapi atas saran Ibu Mar dari Disbudpar akhirnya tim tidak akan dipecah, kami akan selalu bersama berjalan mengumpulkan data. Terlalu banyak rintangan yang harus dihadapi bersama.

Hari pertama survey, rintangannya adalah cuaca yang sangat terik. Anak-anak pada tepar setelah berkeliling dengan cuaca lebih dari tigapulah derajat celcius. Hari kedua, rintangannya ngumpulin enam orang manusia ternyata cukup sulit. Saling tunggu menunggu. Hari ketiga, insiden ketemu babi. He..he.. kasihan babinya kaget trus ketimpa lagi sama salah satu anggota tim yang panik. Jatuh satu korban, lecet-lecet akibat tabrakan dengan babi. Memang benar kata ibu Mar, terlalu banyak rintangan.
Besok hari keempat, semoga lancar jaya sampai akhir ekspedisi.

Kesimpulan kami sampai saat ini, kondisi benteng-benteng ini sungguh sangat miris. Pertama, jadi tempat pembuangan sampah, kedua ada yang jadi septi tank, dan yang terakhir kejadian tadi menunjukkan benteng adalah tempat tinggalnya si piggy yang sama sekali gak menggemaskan. Semoga ekspedisi benteng ini dapat memberikan sedikit gambaran tentang kondisi peninggalan sejarah yang sangat berharga di Kota Sabang.

Ah, Sabang, Kota Seribu Benteng, Seribu Benteng yang terlupakan..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011