Upacara Senin in my life

Sejak kelas satu SD aku sudah ikut upacara bendera setiap senin. Waktu kelas lima dan enam naik pangkat jadi petugas upacara, pemimpin lagu dan membawa bendera. SMP kelas 1 jadi anggota upacara, kelas dua naik pangkat jadi pemimpin lagu kalau kena giliran kelasku jadi petugas upacara.

Pas SMU, jadi pemimpin lagu (again) frekuensinya lumayan sering lah, soalnya anak kelas unggul suka jadi back up koor kalau upacara dadakan. Secara keseluruhan, kualitas koor kami biasa-biasa aja. Apalagi kalau nada-nada tinggi, yang cowok-cowok itu dengan suara yang pas-pas-an suka maksa.. he..he.. kalau diingat-ingat lucu juga. Aku pernah buat kesalahan yang fatal, pas menyanyikan lagu Indonesia Raya, tiba-tiba aku mengakhiri lagunya lebih cepat. Alhasil, anak-anak yang udah mangap siap-siap mau berteriak meraih nada tinggi terpaksa menutup mulut karena aku udah mengakhiri lagunya. Bendera belum naik penuh, petugas bendera melirikku penuh makna. He..he.. apa mau dikata, nasi telah jadi bubur. Akhirnya kami dua kelas dijemur, plus dimarahi ma guru BP, pak Pujangga, he..he.. tapi teman-temanku santai-santai aja karena artinya jam pelajaran pertama hari senin jadi berkurang.

Kuliah, libur upacara. Kehidupan sebagai mahasiswa sungguh free..

Kerja, awal-awal jadi CPNS, sudah ada peraturan tak tertulis yang jadi pembaca Panca Prasetya KORPRi adalah anak bawang. Jatahku membaca kalau kantorku kena giliran bawa apel. Ya, ada beberapa kali aku membaca itu di depan seluruh PNS Sabang. Suara bergetar, demam panggung yang parah sangat. Jangan tanya berapa banyak kesalahan yang aku buat, he..he.. sudah berhasil aku lupakan. aib..he..he..

Tadi pagi ketika hujan jam setengah 7 pagi, aku sangat bahagia. Lalu tiba-tiba reda dan jadi terang benderang jam 8 pagi. Ah, seninku, apelku.. sepertinya tiada hari tanpa apel selama aku tetap menjadi government officer.. uh..

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda