Ramadan #11

Sabang disapa badai pagi ini
dan hujan pelan mengikuti

mencoba menulis paper yang kelihatan mudah tetapi susah
padahal dalam bahasa ibu
mungkin tidak cukup membaca
berbagai gangguan
dari hape hingga mengganti lagu
ahhh..

dan pagi ini,
sahur pertama di Sabang
dengan roti gandum penuh kenangan tentang Bonn
alpukat warisan minggu lalu

dan pembicaraan tentang pembangunan sabang
ego dan ketakutan
entah untuk kemajuan atau untuk kesenangan pribadi

aku tak punya kepentingan apapun
aku tak perlu membuat siapapun terkesan
kebebasan yang sangat mahal harganya

dan pagi ini
sabang tetap saja wunderbar
dan aku malu mengatakan semalam aku habis-habisan berdoa untukmu
sebagai perantara kangenku


Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011