Phd journey saya telah memasuki babak baru. Babak menulis. Saya memberanikan diri mulai menuliskan empirical chapter. Keberanian ini sangat dipengaruhi oleh dorongan dan senyuman paling manis dari teman seruangan saya yang tak henti-hentinya. Setiap hari, dia menyediakan dirinya untuk diajak berdiskusi, dengan ide-ide paling mengerikan yang tidak pernah saya pikirkan. Untuk Phd tahun kedua, yang fieldworknya baru setengah jalan, dan interpretasi datanya masih preliminary, menulis adalah hal yang membutuhkan keberanian. Tapi si mas dengan yakinnya, menyuruh saya menulis, karena menurutnya jika saya menulis saya akan lebih percaya diri dan memiliki sesuatu di tangan saya, bukan di kepala atau di angan. dia bahkan memberikan saya, chapter empiricalnya yang sudah beres, tiga chapter yang diselesaikan dalam satu bulan. Saya langsung ngeprint chapter si mas dan membacanya dengan takjub. Makan apa sih dia, kok bisa pinter banget banget. Joanna juga menyarankan saya menuliskan apa ya
Baru kali ini, saya bersentuhan dengan dunia yang seperti ini. Pernah dulu ngimpi jadi Gadis Sampul, hee.. Ngeliat deretan juri-jurinya yang kelihatan smart dan profesional.
Alkisah beberapa tahun kemudian, meski tak pernah jadi finalis gadis sampul, saya akhirnya ditawari jadi juri bahasa inggris untuk pemilihan cut abang dan cut adek alias duta wisata Kota Sabang.
Saya sadar kok, bahasa inggris saya seadanya Cuma ya ini enaknya tinggal di Kota Kecil, tidak ada yang tidak mungkin. Populasi manusia yang terbatas, sumberdaya yang tak seberapa, akhirnya saya dipercaya buat berpartisipasi jadi juri.
Saya deg-deg-an. Terbayang pesertanya pasti cantik-cantik dan guanteng-guanteng. Paginya saya berpikir keras, apakah saya harus mengganti baju seragam saya, karena roknya kena cat trotoar hitam, waktu saya seenaknya duduk di trotoar menemani si fotografer motret. Lalu saya putuskan, karena hari kamis, dan saya sangat perhitungan soal mencuci baju dinas maka tak apa-apalah jurinya rokn
Hari ini aku mau cerita tentang mimpi lagi, satu mimpi yang terwujud.. satu mimpi punya sahabat lamaku, Rika.. Rika, teman beda jurusan waktu kuliah, tapi karena sama-sama reporter kampus dengan janji wawancara yang lumayan padat (karena waktu itu cuma kami berdua reporternya), maka lengketlah kami bagai prangko dan amplop.. Setelah sekian lama tidak berkomunikasi, akhirnya dia mengatakan padaku.. "Sar, Gw mau sekolah lagi.." Yay.. Rika dapat beasiswa S2, double degree, UI-Jepang dari Pusbindiklatrens Jadi ingat masa muda dulu kala (Rika bilang saat ini kami masih muda kok ..) saat-saat sibuk dengan skripsi bukannya ngebahas skripsi, seminar, dan sidang.. Kita malah bermimpi buat sekolah di Luar Negeri nyari-nyari info dan saling meyakinkan tak ada yang tak mungkin meski saat itu saat-saat paling krisis percaya diri karena hampir tak berstatus mahasiswi lagi dan menuju pengangguran yang tak jelas Percakapan2 yang tak masuk akal tentang beasiswa mimpi-mimpi gila rencana travel