terlalu cemen

Satu hari, kami pernah tidak sengaja berbicara random,

"Aku gak habis pikir de, kenapa orang harus curhat di facebook ?" kata saya

"Apa bedanya dengan yang curhat di blog ?" katanya tanpa ekspresi

Iya, dia tau saya suka curhat di blog. Pembelaan saya waktu itu, toh gak semua teman saya tau alamat blog saya dan mau singgah buat membacanya hanya karena iseng.

Tapi waktu itu tetap saja, dia berkata, saya sama saja seperti orang yang rajin update status di facebook.

meski saya adalah orang yang sangat membenci  segala sesuatu di dunia maya, saya masih rajin update blog. hanya untuk menulis, agar tidak lupa.

saya terlalu capek dengan semua pesan online, pembicaraan online, video calling, skype. saya sudah selesai dengan semua itu.

sejak saya bisa membedakan antara yang nyata dan yang hanya dikatakan tanpa menatap mata.

saya sangat membencinya yang malas membalas pesan saya, katanya, dia hanya membalas hal yang penting saja. dan alasan dia menggantung pesan saya karena dia lupa, keburu kembali sibuk dengan yang dikerjakannya.

tidak seperti saya, yang selalu menunggu dengan sabar jawaban pesan darinya.

tapi itu semua terobati dengan kehadiran. hadir dan ada, begitu nyata.
intonasi, tatapan mata, tawa, gerak bibir, ekspresi, saya begitu terbiasa.

setidaknya, saya semakin mengerti
tidak akan ada yang lebih baik dari yang dekat
yang mengambilkan segelas air
yang membuatkan teh
memasakkan makan malam
mencuci piring
membawakan belanjaan
atau hanya berjalan di samping saya
tertidur di kereta
memetik gitar
dan tertawa bersama saya

maaf, saya terlalu cemen untuk mengatakannya langsung di depan hidungmu
menatap mata
dan membalikkan badan meninggalkan

saya terlalu cemen
untuk sesuatu yang nyata
yang simpel
tanpa drama





Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011