Luxembourg, putri duyung ungu dan kangen

Ini cerita perjalanan sehari di Luxembourg, kota seribu benteng, cerita tentang putri duyung, dan sedikit curcol saya yang lagi kangen .
Saya kepagian berangkatnya, jam enam pagi dari rumah, lalu sadar ketika lima menit lagi kereta saya mau berangkat kalau Länder tiket Rheiland pfalz plus Luxembourg saya belum berlaku sebelum jam 9 pagi.

Jadinya saya terdampar di Bad Breisig, menikmati pagi syahdu di tepian sungai Rhein. Berdiri dan membicarakan hidup dengan diri saya sendiri. Kastil tua dan kebun anggur di seberang sungai membuat pagi itu semakin menakjubkan.

Saya harus membeli dua tiket sambungan untuk sampai di Koblenz. Entah kenapa saya lupa kalau Länder tiket itu validnya di atas jam 9 pagi. Sepertinya dulu, pas bolak balik Stuttgart, saya pernah tanpa sadar pengen berhenti di Bad Breisig. Jadinya ya seperti itu, Tuhan mengabulkan doa saya itu dengan cara yang tak terduga-duga.

Saya salah gerbong ketika naik kereta di Koblenz, saya harus tukar gerbong di Trier ke gerbong kereta yang ke Luxembourg. Adek kelas saya sudah menunggu di gerbong yang benar dan kami melanjutkan perjalanan sambil membicarakan thesisnya tentang mengukur tinggi gelombang tsunami dengan prinsip Archimedes dan coral reef.

Makan siang kami dengan menu mie ayam dingin yang saya bawa dari Bonn terasa sangat lezat karena disantap sambil memandang kota dari ketinggian dan bergosip ria. haha.. maklum sudah lama gak ketemu teman gosip.

Luxembourg dengan bentengnya yang tinggi-tinggi semakin membuat saya sadar saya sudah terlalu gendut. Meski tak lama kemudian saya menikmati waffle, ice cream, dan coklat panas, lupa akan makna kalori. haha..

Kami balik ke Jerman dengan kereta jam setengah enam. Sepuluh menit ketika hampir sampai di Koblenz, kereta mogok di tengah jalan. Setengah jam. Saya membaca buku "make me german" hadiah ulang tahun dari si "dia" sepanjang perjalanan. sepertinya saya sudah hampir jadi orang jerman jerman ketika tetap bisa duduk manis bersama penumpang lain. Pak masinis lewat beberapa kali, keluar kereta memperbaiki sendiri kereta yang mogok itu. Sebagai orang Indonesia, saya agak pesimis dengan kemampuan pak masinis memperbaiki kereta dan kereta bisa jalan kembali. Setengah jam yang harap-harap cemas berbuah manis ketika kereta berlari dengan kencangnya seperti tidak pernah mogok. Hal-hal sulap seperti itu sepertinya cuma bisa dinikmati di jerman.

Saya ketinggalan kereta yang akan membawa saya ke Bonn. Seperti biasa saya terdampar di McD, menyantap kentang goreng sambil menceritakan pengalaman kereta mogok di pinggir sungai kepada teman-teman saya via whatsapp.

lalu saya sampai di Bonn dengan betis yang semakin membengkak.

ah, semua orang saya whatsapp malam ini, kecuali dia

Aku seperti Melusina si putri duyung yang memiliki satu rahasia besar dan kamu Siegfried yang tak pernah siap mendengar rahasia itu. Mungkin aku lebih baik menghilang dan muncul tujuh tahun sekali..

haha...  jadi curcol.

semoga suatu saat kita mengunjungi Luxembourg sekali lagi dan menaklukkan benteng-benteng itu berdua, tapi sebelumnya, ijinkan aku menaklukkan benteng hatimu hahaha...



Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011