Cerita gak penting saya : revisited

Saya masih ingat waktu si bos manggil saya ke ruangan dia buat diinterogasi tentang niat saya kuliah lagi. Kata beliyo, ntar saya makin susah buat menemukan jodoh setelah jadi Doktor dan tentunya kantor masih membutuhkan dharma bakti saya sebagai PNS dan iming-iming jabatan kalau saya gak jadi sekolah lagi.

jawaban saya, waktu itu, saya malah mengejar cinta ke Jerman. Soalnya, ada oknum yang sudah duluan ngacir ke Jerman buat sekolah dan memberikan kupu-kupu efek di perut saya.

Setelah les bahasa Jerman, di dinding kamar kos di gang tembok yang kumuh di wilayah menteng, saya menempelkan peta jerman dan menarik garis dari Bonn ke Stuttgart. Katanya, Stutgart itu cuma tiga setengah jam dari Bonn. kami bisa saling mengunjungi ketika weekend. Hati saya berbunga-bunga membayangkan betapa menyenangkan kehidupan saya di Jerman karena ada seseorang yang menggemaskan seperti itu yang akan menyemangati kehidupan phd saya di jerman.

Oleh karena garis antara kedua kota itu ditarik sepenuh perasaan, setahun di Bonn, sahabat tercinta saya menyusul suaminya yang kuliah di Jerman dan tinggal di Stuttgart.

Setahun kemudian, supervisor tercinta menyusul pindah ke Stuttgart dan meninggalkan saya di Bonn.

Saya harus bolak-balik Stuttgart untuk kedua alasan di atas, dan bukan untuk mengunjungi si cinta yang ternyata sampai jerman, tidak mengindahkan saya sedikitpun.

tentu saja saya sedih, seperti biasa ngotot mencari alasan kenapa dia begitu cepat berubah dan membunuh semua mimpi indah saya tentang cinta. sampai akhirnya menyerah dan membiarkan semua terjadi untuk sebuah hikmah yang entah kapan saya mengerti.

Setelah prahara itu berlalu, saya tiba-tiba diajak nikah dengan lelaki  yang saya pikir cerita kami sudah the end. lelaki yang terlalu keren dan saya kecengin sepenuh hati dan menolak saya mentah-mentah ketika kami masih di Sabang.  Sebulan kemudian si gondrong itu membatalkannya begitu saja.  Dua tahun kemudian dia tidak mengakui dia pernah melamar saya ketika saya menanyakan alasannya membatalkan pernikahan kami.

Dasar saya keras kepala, saya bertahan  untuk memperjuangkan cerita kami lagi. lelaki itu nun jauh di sana dan berkelana membawa hati saya. Saya terlanjur mempercayai mimpi indah akan jadi nyata. Hingga pada satu titik, saya berhenti. terlalu capek dan merasa bodoh karena tidak bisa menerima kenyataan kalau lelaki itu tidak cukup cintanya. Waktu itu dia cuma iseng ngajak saya nikah. titik.

dan di antara tiga tahun setengah yang penuh drama, saya jatuh cinta lagi. Kali ini dengan pola yang sama tapi dengan pengalaman yang berbeda. Lelaki ini begitu manis dan baik hati. Selalu ada buat saya ketika saya patah hati dan menangis. Lelaki yang mengumpulkan setiap tetes air mata saya dan sekarang menumpahkannya kembali. Kali ini, saya harus sendiri menghadapi patah hati ini. ah, saya selalu terbiasa dengannya ketika patah hati, dan kali ini dia yang mematahkan hati saya.

Lelaki ini memberikan daily life experience tentang cinta. Cinta saya tidak tumbuh dalam level kata dan janji, tapi dalam hal-hal kecil yang sederhana.

Cerita kami adalah cerita rahasia. Ketika saya mendiskusikan perasaan saya, dia menolak saya dengan kata yang manis dan perbuatan yang santun.  Terlalu complicated, saya tidak punya keberanian untuk memamerkan kepada dunia bahwa saya mencintainya. Saya menikmati cerita abu-abu kami diam-diam. Semua detak dan degup ketika melihatnya tersenyum masih saja membuat saya seperti remaja yang lagi kasmaran.

hingga akhirnya saya terlalu capek bersandiwara, terlalu cemburu, dan merasa panik. apa sebenarnya yang dicari dari hubungan yang tidak jelas. saya tidak mau dia kasihan kepada saya. saya tidak butuh belas kasih. Itu hanya membuat saya merasa lebih menyedihkan.

saya ingin keluar dari semua siklus jatuh cinta dan patah hati ini. Terlalu berat dan membahayakan kesehatan jiwa dan mental saya. meski gak ada yang saya sesali. Semuanya begitu indah, atas nama cinta, meski sangat menyakitkan ketika harapan gak sesuai kenyataan dan saya gak punya cukup daya untuk mengubah akhir jalan cerita. Saya bersyukur Tuhan mempertemukan saya dengan mereka. Those beautiful people, yang ngajarin dan memperkenalkan saya dengan dunia warna-warni.

Hidup saya gak akan pernah sama lagi setelah bertemu mereka. Saya bisa menulis beratus-ratus halaman cerita cinta. saya bisa jadi penasehat cinta yang sangat paten. saran-saran yang saya berikan begitu bagus karena semua saya dapat dari pengalaman.

Mungkin saya harus terus belajar, sampai saya menemukan cinta yang cinta. saya gak punya ambisi lagi untuk mengejar atau memperjuangkan cinta. This time let love come.

Saya menjadi begitu penasaran untuk semua pertanyaan-pertanyaan yang entah kapan akan terjawab. Rasa penasaran ini membuat saya menjadi frustasi, seperti soal ujian tengah semester yang tak bisa dijawab. Penasaran dan penasaran dan lalu menjadi bodoh.

Ah, Bonn, sebentar lagi aku akan meninggalkanmu dan aku akan meninggalkan semua cerita cinta ini di kotamu. membekukannya dalam musim dinginmu yang tak terlalu dingin dan menggantungkannya di langitmu yang tak selalu biru

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda