Supervisi

Supervisi saya berjalan dengan lancar jaya meski diawali dengan insiden dua kali membatalkan tiket kereta. Pertama, waktu jadwal konsultasi dipindahkan sehari sesudah waktu yang dijanjikan. Kedua, saya salah beli tiket, terbalik stuttgart-bonn bonn-stuttgart. Parah.

Saya di host alis dan lijar di stuttgart. malam pertama saya malah diskusi sampai jam dua malam dengan alis yang kemungkinan besar akan memiliki supervisor sama dengan saya. Paginya, saya membaca buku koleksi alis yang keren-keren yang jauh lebih menarik dari report yang saya tulis.

Tiba-tiba sudah siang saja, kami makan siang ayam dan capcay buatan alis sebelum diantar ke institut supervisor saya.

Pas ketemu supervisor, tanpa mukadimah, saya langsung diajak makan siang. Tanpa bertanya saya sudah makan apa belum. Kadang, saya pikir, supervisor saya ini agak ke-indonesia-indonesian. Sambil makan saya mulai ngobrol dan lalu dibeliin kopi espresso. Itu pertama kali saya ngopi espresso, gelas kecil, dan biskuit satu potong. Waktu itu rasa kopinya campur aduk, karena si supervisor yang bangun dari tempat duduknya, membelikan dan membawakan cangkir kecil mungil itu buat saya. Kopinya terasa sangat nikmat.

Lalu kami balik ke kampus dan diskusi intensif. Tidak ada satu baris pun dari tulisan saya yang tanpa coretan. Saya ngerasa lebih santai, soalnya, sesi bimbingan ini dilakukan dengan sangat baik, meski sekarang kalau diingat-ingat lagi, lumayan juga feedbacknya menusuk hati. Feel so stupid karena saya sadar masih sangat awam memahami apapun.

setengah jam terakhir, saya minta diijinkan merekam sesi supervisi. banyak sekali saran dan pencerahan yang tak sanggup saya ingat detailnya. Saya diijinkan dan beliau berbaik hati mengulang beberapa poin penting yang disampaikan sebelum saya mulai merekam.

Dua jam berlalu begitu cepat. saya pamit dan berjanji akan menelponnya jika saya sudah mengirimkan final draft untuk revisi report saya.

Setelah itu saya dan alis duduk di rumput. pengennya guling-guling tapi malu. kepala penuh. Sore, lijar membawa saya piknik ke taman yang penuh dengan mainan. setelah melihat bianglala, saya memutuskan untuk menikmati sore pada posisi agak dekat dengan langit dengan duduk di bianglala yang berputar-putar dengan pelan.

Besoknya, saya balik ke Bonn dalam suasana mogok PT.Kereta Apinya Jerman. Masih syukur kereta saya tetap jalan. Hanya saja kereta yang dari rumah alis ke stasiun gak beroperasi. Saya harus naik bis dan u-bahn hampir sejam karena macet parah.

Siangnya saya sudah di Bonn lagi. Diskusi dengan supervisor ketiga saya yang mengawali diskusi dengan dentingan gitarnya via skype. Lagu gigi, damainya cinta. Saya makan siang ditemani petikan gitar dan lagu yang liriknya dibolak balik sesuka hati.

Lalu gitar diletakkan dan kami mulai membahas beberapa topik yang kurang saya mengerti ketika disinggung waktu supervisi di stuttgart. Supervisor saya ini sudah malang melintang di dunia NGO lumayan lama, jadi dia memberikan banyak contoh konkret di lapangan.

Sore, saya ngopi dengan frieta dan mbak evita. masih membahas pengalaman supervisi saya. Nasehat mbak evita, jangan terlalu diambil hati semua feedbcak yang dikatakan dengan jujur. yang terpenting adalah menerima masukan untuk jadi lebih baik. tetap semangat dan terus berusaha memperbaiki diri.

kemarin, saya ketemu supervisor dua dalam waktu lima belas menit. sangat efektif dan efisien. Beliau berjanji membantu saya mencarikan mentor untuk analis data kuantitatif.

maka selesailah meeting dengan ketiga supervisor saya. tinggal gimana sayanya bekerja keras mewujudkan mimpi ini.

wish me luck


Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Interview Masuk SMP