kue lapis winter

Kabar baiknya, Bonn tidak terlalu dingin lagi. empat derajat hari ini bandingkan dengan minus lima ketika minggu lalu saya balik ke Bonn.

Hidup sudah berjalan normal, kampus rumah, kampus rumah, weekend ngopi.

Hari ini saya menyadari, pagi ini ketika berjalan ke kampus, saya seperti biasa mengenakan pakaian berlapis-lapis. Saya perhatikan orang lain juga berpakaian seperti itu jika musim dingin.

Lapis pertama, atasan atau kaos yang agak tebal menempel tubuh, dengan turtle neck atau yang kerahnya agak tinggi.

Lalu dilapis lagi pullover hoody

Lalu dilapis lagi jaket tebal, jaket winter yang benar-benar ampuh menahan dingin

Fungsi setiap lapis ini berbeda, kadang kalau sudah tidak terlalu dingin pullover bisa dibuka atau malah jaketnya dibuka.

lalu ada syal, thermal, kaos kaki tebal, sarung tangan, dan sepatu winter.

Hari ini lapisan yang saya pakai agak banyak.

Lapis pertama, kaos winter, belinya dua winter lalu
Lapis kedua, atasan abu-abu, belinya di Adelaide, kembaran dengan Uci, baru saya bawa dari Aceh, karena di Aceh gak pernah dipakai.
Lapis ketiga cardigan, belinya juga udah lama di Essen
Lapis keempat pullover hoody, oranye kangguru, kesayangan saya, beli di Sydney, udah pudar dan baru saya bawa dari Aceh
Lapis kelima, jaket winter beli di Bandung, belinya sama nenek dan lia, baru dibawa dari Aceh.

Syalnya rajutan dhanie, hadiah ulang tahun saya
Sepatunya, sepatu lia, pemberian temannya volunteer dari Amerika waktu tsunami, saya bawa dari Aceh karena cocok buat winter

Saya persis kue lapis, setiap lapis penuh kenangan dan cerita dari semua yang saya pakai.

Winter ini tak hanya membawa kenangan tapi juga memberikan kesempatan buat saya memakai kembali pakaian-pakaian lama saya di Adelaide dulu. Meski dulu tak pernah terpikir akan merasakan winter di Jerman.

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda