saya, sepuluh tahun yang lalu

Sebulan ini, saya mencoba mengingat kenangan apa yang tertinggal dari masa hampir empat tahun kuliah di Bogor. Kenangan itu semakin lama semakin kabur.

September ini, genap sepuluh tahun saya selesai kuliah, meninggalkan bogor dan memulai hidup yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan. Sepuluh tahun kemudian, saya di Jerman.

Waktu kuliah dulu, saya bukanlah sosok populer di kelas. Mau tidak mau, saya harus mengakui angkatan saya kompak tapi tidak kompak. Ada gap antara yang populer dan yang biasa saja seperti saya.

Syukurnya, saya masih bisa nge-gank, artinya kalau kuliah tidak duduk sendirian atau kalau pulang kuliah ada yang menemani. Saya punya tiga orang teman kuliah tempat bergantung. Waktu kuliah dulu, tanpa mereka mungkin, perkuliahan saya tidak terlalu mulus. Mereka tempat saya pinjam catatan dan soal ujian tahun lalu, dan berbagi semua suka duka masa kuliah. waktu itu, saya pasif sekali, terlalu sibuk dengan diri sendiri.

jurusan saya isinya hampir semua laki-laki. Saya biasa dimanjakan oleh teman-teman cowok saya yang gentleman. Saya tidak pernah pulang malam tanpa diantar sampai depan pintu kos dan ditungguin sampai masuk ke kosan. Kehidupan dikelilingi cowok-cowok gondrong nan macho ini membuat saya sama sekali tidak khawatir akan kekurangan calon suami. hahaha

saat ini, tidak banyak yang saya masih ingat dari bahan-bahan kuliah ilmu kelautan itu. rasanya amazing melihat semua nama mata kuliah di transkrip nilai saya. sungguhkah saya pernah duduk belajar dan ujian tentang hal-hal tersebut?

Prestasi saya yang paling saya banggakan adalah saya tidak pernah gagal ujian dan mengulang mengambil mata kuliah. saya puas dengan nilai C dan bahagia liburan tanpa semester pendek. saya juga tidak pernah bolos kuliah, selalu datang tepat waktu, meski cuma buat melamun atau ngantuk di kelas.

Beberapa kegiatan ekstra kurikuler saya ikuti dan membuat saya mengenal lebih banyak teman baru.

teman-teman kosan saya juga menyenangkan dan sampai sekarang saya masih menjaga hubungan baik dengan mereka. Meski dulu mereka suka marah karena kalau musim ujian, bukannya ikut belajar dan bergadang, saya memilih tidur lebih cepat.

dan satu, kenangan yang tidak bisa saya lupa, kenangan tentang bibi cuci dan beres-beres kosan saya. Jam enam pagi dia sudah mulai mencuci baju kami sekosan. Suara sikat dan bunyi air ketika si bibi membilas baju selalu menemani saya memulai hari. Kebetulan kamar saya paling dekat dengan kamar mandi. Saya selalu kasihan dan hidup saya sebagai mahasiswa tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dingin dan lelahnya si bibi mencuci baju subuh-subuh. Hidup tidak mudah, namun kata ibu saya, perjuangan saya belajar juga sangat berat dan saya harus bangga dengan itu. Jadi, saya dan si bibi sama-sama sedang berjuang dengan jalan kami masing-masing.

selebihnya, saya melihat banyak teman-teman saya dengan segala keterbatasan finansial berjuang mengejar cita-cita dengan penuh semangat. mereka bahagia dengan hidup yang seadanya dan prihatin. waktu itu, kiriman bulanan lebih dari cukup, jadi saya sangat bersyukur dengan itu dan berusaha belajar dengan baik.

satu lagi, saya selalu ingat pesan ibu saya ketika saya berangkat ke bogor. Saya harus pulang membawa gelar dan bukannya membawa anak dan suami. mungkin itu juga alasan saya jomblo hahaha..

alhamdulillah semua terlalui, saya kangen diri saya yang duduk sendirian di angkot, merenungi segala macam beban kuliah dan berusaha melarikan diri ke toko buku gramedia.

saya perempuan itu, perempuan yang sepuluh tahun lalu sangat optimis dan bahagia..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011