Kali ketiga ramadhan di Jerman

Tahun ini, ramadhan ketiga saya di Jerman. Sejujurnya, sebelum ramadhan datang, saya agak khawatir dengan kemampuan saya bertahan untuk berpuasa dalam waktu lebih kurang 19 jam dalam suasana summer Bonn.

Namun, saya mendapat banyak nasehat untuk berdoa, semoga Allah menguatkan saya berpuasa ramadhan ini, dalam segala suasana dan keadaan yang akan saya hadapi.

Alhamdulillah, hingga hari ini, saya masih bisa bertahan. Meski hari ini, rasanya sungguh sesuatu. Mual, asam lambung berulah dan pusing sekali. Saya memutuskan untuk di rumah saja, tidak berangkat ke kantor.

Tantangan berpuasa sebagai kaum minoritas, adalah menjawab berbagai pertanyaan dari teman-teman seruangan. Saya pikir, itu hanya bawaan mereka sebagai researcher yang terbiasa menggali informasi dan fakta dengan bersungguh-sungguh. Untuk urusan puasa yang sangat panjang ini, saya agak termegap-megap menjawab pertanyaan mereka. Maka dari itu, saya tidak ingin menampakkan kelemahan saya ketika berpuasa. Saya ingin terus tersenyum dan penuh semangat, tapi tidak untuk hari ini.

Semoga besok saya sudah sehat kembali, malah hari ini saya curiga, asam lambung saya naik bukan karena berpuasa tapi efek dari stress memikirkan PhD meeting hari selasa kemarin yang sungguh sesuatu. Syukurlah ramadhan datang, saya bisa melabuhkan semua resah saya dalam doa dan renungan panjang.

Tidak banyak aktivitas yang saya rencanakan, saya hanya ingin puasa saya selamat, teraweh selamat, salat sunat, membaca al-quran dan muhasabah untuk masa lalu saya yang penuh dengan benang kusut.

Ramadhan kali ini menyapa saya dengan lembut, meski jauh dari rumah, cahaya ramadhan memancar pelan dari balik jendela kamar saya. Seperti ini rasanya, menjalani ramadhan jauh di perantauan. Meski untuk yang kesekian kali, tetap saja membuat saya mellow.. ah..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011