Catatan dari Global Media Forum 2014

Tiga hari kemarin, di Bonn, ada perhelatan tahunan, Global Media Forum yang dihosted oleh Deutsche Welle. Konferensi dan workshop tiga hari itu, tahun ini mengusung tema "From Information to Participation, Challenges for the Media."

Peserta workshop datang dari seluruh penjuru dunia, jurnalis segala macam media, blogger, aktivis, mahasiswa, dan semua yang memiliki ketertarikan dengan kekuatan dahsyat media.

Saya tidak mengikuti acara ini dengan full, tapi setiap hari saya mengikuti satu workshop yang saya sukai. Hari pertama, saya datang untuk melihat workshop tentang peran media dan NGO dalam memberitakan tentang komunitas yang tertimpa bencana. Ini berkaitan erat dengan tema research saya, jadi memang saya pilih dari awal.

Hari kedua saya menyasarkan diri saya ke workshop cara membuat digital storytelling. Workshop ini mengajarkan cara membuat film pendek sebagai media bercerita yang lebih efektif. Sudah lama saya ingin membuat film pendek, entah kenapa kemarin kebetulan sekali saya bisa nyasar di workshop yang sangat menarik ini. Salah satu contoh digital story yang diputarkan kemarin adalah Home Movies karya Dana Atchley bisa dilihat ditautan ini .

Hari ketiga, saya dan mbak Ayu yang kebetulan baru datang menghadiri konferensi ini, melihat sepotong talkshow dan workshop tentang "Co-creating a new multimedia format with audiences". Workshop ini dipandu seorang editor radio yang mengelola suatu program multi media dan social network yang mengundang seluruh audiencenya untuk berpartisipasi mengirimkan berita, menyuarakan pendapatnya, mengkritik kebijakan pemerintah untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Studi kasus ini datang dari El Toque (www.eltoque.com). Dua orang blogger muda dari Cuba dan Venezuela juga diundang. Mereka adalah blogger yang aktif menulis di blog untuk mengkritisi kehidupan di negara mereka.

Dari cerita mereka, saya baru sadar, kebebasan berekspresi begitu mahal harganya. Saya pikir, semua negara seperti Indonesia, yang penuh kebebasan menulis apapun di media. Apalagi musim kampanye seperti saat ini, semua orang tidak sungkan-sungkan menyuarakan apapun.

Melalui blog, mereka berjuang, mempertaruhkan nyawa, menulis tentang ketidakadilan atau berharap membuat perubahan. Blogger muda dari Cuba dan Venezuela ini, menyadari benar kekuatan ini dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Bahkan isi dari blog mereka kemudian disebarkan melalui email-email berantai yang menjangkau siapa saja dalam waktu yang tak terbatas. Mereka juga menceritakan, akses dan kecepatan interenet yang menyedihkan tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus menulis.

Saya jadi malu sendiri, blog saya ini, isinya lebih banyak menye-menye, urusan hati dan urusan sehari-hari yang ringan dan tak penting. Padahal sebuah blog bisa mempunyai kekuatan yang besar, ketika semua orang memiliki informasi dan bisa berpartisipasi membuat perubahan. Sebuah blog bisa menjadi senjata yang ampuh melawan kediktatoran dan kesewanang-wenangan.

Setidaknya blog ini, bisa menjadi catatan tentang pemikiran saya yang paling remeh temeh sekalipun. Untuk adik dan sahabat saya yang ingin mengetahui kabar saya. Itu sudah. Mungkin untuk beberapa orang yang nyasar dan ingin mendapat sedikit inspirasi atau sisi lain dari hidupnya.

Semoga blog ini bisa memberikan hal-hal tersebut, tidak lebih tidak kurang..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011