Mau tahu aja apa mau tahu bangeeet?

Siang tadi, teman saya Math,  masuk ke ruangan kami. Dia mengantarkan undangan pernikahannya untuk kami. Acaranya masih bulan Juni, tapi sudah diantarkan tiga bulan sebelumnya. Tujuannya mungkin supaya bisa dimasukkan ke agenda secepatnya sehingga lebih besar kesempatan untuk para undangan hadir di acara tersebut.

Maka, makan siang Jumat kami, diisi dengan topik tradisi pernikahan. Mereka banyak bertanya soal tradisi pernikahan di Indonesia dan juga sambil berbagi tentang tradisi pernikahan di Jerman dan di Inggris.

Soal nikah-menikah ini sungguh menarik, kami membahas banyak hal. Ada hal yang sama, biaya pernikahan dimanapun sangat mahal sehingga benar-benar harus direncanakan secara matang. Sedangkan bedanya, di Indonesia kita mengundang banyak orang, saudara, handai taulan, temannya tante, bosnya si om, tetangganya sepupu, siapapun boleh datang. Kalau di Jerman, mereka hanya mengundang teman dekat saja dalam jumlah terbatas.

Bagian paling ngaconya, ketika mereka bertanya, apakah saya bertemu dengan seseorang di Indonesia. Pacar baru yang bisa diajak ke jenjang pernikahan. Dengan tatapan penuh keingintahuan dan pengharapan agar saya menjawab dengan jujur-

Saya speechless, apakah pertemanan kami ini, sudah sedemikan dekatnya hingga saya harus membahas tentang pacar baru saya di forum makan siang. Butuh waktu beberapa menit untuk memutuskan menjawab atau tidak. Akhirnya saya menyerah, saya ceritakan juga tentang pacar baru saya itu. Ternyata tidak sampai pada pertanyaan itu saja, pertanyaan interview semakin panjang. Siapa dia ? Bagaimana kalian bertemu? Apa pekerjaan pacarmu? Apakah dia akan menyusul ke Jerman? Apakah kalian sering Skype?

Ya ampun mas, mbak, mau tahu aja apa mau tahu bangeeeet? Hahaha, saya tidak habis pikir, ternyata teman-teman bule saya, tingkat ke-kepo-annya cukup tinggi juga. Mungkin karena mereka researcher yang terbiasa dengan interview dan mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya di lapangan. Siang ini, saya menjadi key informant mereka.

Hanya saja, pada akhirnya, menyenangkan berbagi dengan mereka. Makan siang kami lebih heboh daripada hari-hari lain yang hanya diisi dengan topik kegiatan weekend. Mereka sudah menjadi sahabat saya lebih dari setahun dan saya merasa dengan berbagi sedikit cerita bahagia ini, saya menjadi lebih dekat dengan mereka.

Ah, semoga saja, cerita saya ini bisa menjadi doa untuk saya, sekaligus latihan presentasi dalam bahasa inggris.


Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011