time to say good bye

Hari ini, pagi-pagi saya ke stasiun kereta untuk mengantarkan Kang Asep dan Uni Reni yang back for good ke Indonesia. Kang Asep menyelesaikan PhDnya kurang dari 3 tahun. Ini sungguh menjadi sebuah inspirasi buat saya, karena ternyata ada yang selesai PhD tepat waktu. Pasangan suami istri ini sungguh menjadi panutan buat saya, mereka sangat baik hati dan senang menolong. Saya jadi yakin, Allah Swt memudahkan urusan keduanya karena mereka selalu berusaha membuat hidup sahabat-sahabatnya lebih mudah.

Balik lagi ke cerita di stasiun, saya sudah tau rasanya mengantarkan teman back for good. Jadi, mental sudah siap. Toh, Insya Allah suatu saat akan bertemu lagi di Indonesia. Sahabat datang dan pergi, yang paling penting kita tetap menjaga persahabatan itu. Jadi, saya sama sekali gak berniat untuk menangis atau apapunlah.

Hanya saja, ketika Uni memeluk saya, dan mendoakan supaya saya cepat dapat jodoh, air mata saya turun dengan otomatis. Gagal rencana saya untuk tetap cool dan tersenyum bahagia melepas Uni. Saya banyak bertukar pikiran dengan Uni ketika menyelesaikan masalah kemarin. Nasehat-nasehat dari uni sungguh menyejukkan dan membuat saya kuat untuk move on.

Sekali lagi, sahabat datang dan pergi. Suatu saat nanti giliran saya yang naik kereta itu dan dilepas dengan lambaian sahabat-sahabat atau hanya hening semilir angin stasiun yang mengucapkan selamat tinggal. Mungkin saya tidak sebaik  Uni yang dilepas berat hati oleh kami yang merasa sangat kehilangan.

Negeri jauh ini seperti alam mimpi yang menawarkan banyak petualangan dan kebahagiaan. Suatu saat harus kembali ke realita. Saya menyukai keduanya, realita dan mimpi. Bahkan tadi pagi, realita dan mimpi itu bercampur aduk. Teman saya memberikan pisang goreng dan pastel yang saya kunyah pelan-pelan. Sarapan gorengan di Bonn, itu sungguh sesuatu.

Auf wiedersehen Uni dan Kang Asep, sampai ketemu lagi..




Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011