ganti tanggal

Pagi ini, saya dengan setengah hati pergi ke bandara, nyari kantor airlines yang sudah saya booking tiketnya untuk pulang. Saya harus mengubah tanggal pulang saya. Tiket promo itu, kalau di website katanya gak bisa diubah tanggalnya, makanya saya ingin mencoba dengan bersungguh-sungguh mengubah tiket itu.

Seminggu lalu, mungkin saya terlalu semangat membereskan semua urusan tiket pulang dan penginapan dan mungkin terlalu berbahagia mendapat tiket murah meriah. Kemarin, dengan berat hati, tanggal itu harus diubah karena saya tidak diijinkan melewatkan satu momen penting di kampus, sepertinya tiada kesan tanpa kehadiran saya.

Urusan merubah rencana ini, selalu saja membuat saya galau. Padahal harusnya saya lebih bisa fleksibel dan adaptive menjalani semua ketidakpastian, karena di antara beribu kata dalam jurnal yang membicarakan prinsip inilah setiap hari mata saya bekerja keras membaca. 

Jangan ditanya apa yang terasakan, sore itu, saya memutuskan jalan kaki pulang ke rumah sambil menjilat es krim rasa kacang pistazien.Waktu mengeluarkan kartu biru itu dari dompet untuk digesek di mesin hitam yang meminta nomor-nomor rahasia, saya cuma bisa berdoa semoga ini ada hikmahnya.

Nenek saya dulu pernah berkata, rezeki kita sudah disukat, semana banyaknya. Kalau mau keluar ya keluar, kadang untuk sebuah pengeluaran yang tak terprediksi sama sekali.

Semoga kata-kata melon benar,

"Orang sabar disayang tuhan, apalagi supervisor..."

Ah, kasih sayang ini sungguh mahal harganya..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011