ramadhan alone

Pipit meminta saya menulis tentang pengalaman ramadhan di Jerman. Saya tidak tahu harus menulis apa, karena kali ini saya benar-benar hampir sendirian menjalani ibadah puasa ini.

Saya baru tiga kali buka puasa bareng ditambah sehari buka bareng Yayang di Belanda, trus sisanya sendirian duduk memandangi hidangan berbuka dan menunggu azan. Kadang ada adegan tambahan, mengusap air mata yang turun tiba-tiba.

Ah, mellow sangat, sendirian berbuka, dengan menu ala kadarnya. Bagaimanapun saya berusaha membuat suasana puasa terasa, dengan tetap memberikan nuansa berbuka di rumah. Misalnya, teh manis untuk berbuka dan kurma sepotong yang hampir selalu ada di rumah.

Hanya saja, martabak telur, es skoteng, es teler, mie hun atau kue-kue penganan berbuka terlalu mewah untuk diadakan. Setidaknya saya masih bisa memanggil kembali rasanya dalam ingatan.

Kalau sahur apalagi, semangkuk cereal tambah buah tambah susu, menu sarapan pagi yang diadaptasi jadi menu sahur. sungguh sesuatu sekali.

Ah, setidaknya saya mengerti, dimanapun berada, ramadhan tetap spesial. Tapi ramadhan di rumah bersama keluarga adalah berkah yang tak ada bandingnya.



Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011