Pagi yang penasaran

Pagi ini, saya penasaran sekali. Waktu di atas tram, naik seorang bapak-bapak yang saya curigai berasal dari Indonesia. Maka saya perhatikan dia dari jauh, sulit sekali memastikan, apakah beliau adalah orang Indonesia, mengingat bahwa raut wajah Indonesia itu beda tipis dengan Thailand, Malaysia, Philipina, kepulauan pasifik atau malah sama sekali bukan dari Asia atau Pasifik.

Saya semakin penasaran, ketika ternyata kami turun di halte yang sama. Lalu ketika dia berjalan sambil mengeluarkan tablet sebagai petunjuk jalan, saya semakin curiga. Sebagai orang Indonesia, saya lebih suka bertanya daripada memakai alat navigasi. Kalau beliau jalan berdua tentu lebih mudah, karena bahasa merupakan alat pengenal paling akurat. Bahkan dari logat saja, saya bisa mengenali kampung halamannya.

Satu hal lagi yang membuat saya ragu, beliau jalannya cepat sekali. Saya sebagai orang Indonesia, tidak terlalu suka jalan cepat-cepat, kecuali sudah terlambat. Tiba-tiba dia sudah jauh di depan saya. Tak sengaja, mata saya membaca merk ransel yang dipakainya. Elle, hahaha, merk tas orang Indonesia. Coba dia mengeluarkan blackberry dan bukannya tablet, tentu akan semakin mudah untuk menebaknya.

Maka ketika saya sangat terfokus melihat si bapak, saya tidak menyadari teman saya Sandrine yang berjalan pelan-pelan di depan si Bapak. Saya memanggil Sandrine dengan semangatnya dan berjalan bersamanya. Lalu membiarkan rasa penasaran saya tergantikan dengan cerita Sandrine pagi ini tentang meetingnya seharian kemarin dan jempol kakinya yang nyut-nyutan sehingga dia hanya bersandal jepit ke kantor.

Mungkin, mungkin saya hanya terlalu ingin berbicara pagi ini. Mungkin lebih membahagiakan jika berbicara dengan bahasa Indonesia. Tapi, cukuplah rumpian pagi dengan bahasa inggris, dengan sahabat saya dari kamerun itu, untuk memulai hari dengan sedikit meriah.

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011