urusan masa depan

Hal yang paling tidak termaafkan, bahkan oleh diri sendiri, adalah melakukan sesuatu yang harusnya bisa dihindari tapi dilakukan juga karena kurangnya ke-hati-hati-an atau lebih tepatnya lalai.

Saya melakukan itu hari minggu kemarin.

Ketika akan mematikan komputer, saya lupa menyimpan pekerjaan saya selama dua hari, mengumpulkan kata-kata untuk chapter saya yang harus segera dikumpulkan.

dan ketika, laptop saya bertanya sekali lagi, apakah saya tetap akan mematikan komputer, meski pekerjaan saya belum disimpan, saya jawab ya.

maka hilanglah dua lembar yang sangat berharga itu. Kepala langsung sakit dan butuh waktu untuk menerima, kata-kata itu sudah meninggalkan saya.

Saya jadi ingat tentang "resilience", teori yang akan saya gunakan untuk research saya. resilience artinya kemampuan untuk kembali normal setelah terjadinya gangguan atau stress. Sepertinya teori ini bukan hanya sekedar teori, tapi pengen diaplikasikan oleh saya. Segitunya ya. Mungkin agar lebih berkesan dan merasuk ke ingatan, haha

kalau kata nenek,
"memang seperti itu, kalau sedang menuju proses itu. banyak cobaannya.."

Ya, hari itu, pikiran saya terbagi, untuk urusan masa depan yang satu lagi. Kalau disuruh pilih, susah juga milihnya, dua-duanya important and urgent. mau disandingkan, kosentrasi terpecah, hingga menimbulkan korban, hilangnya dua lembar bagian chapter theoritical and conceptual chapter yang udah ditagih supervisor.

Sunset darinya (Bunaken, somewhen)


Paling tidak, dua minggu ini saya ingin tenang, tidak memikirkan apapun, membiarkan "dia" bertualang dulu, dan menunggu dia menyapa saya kembali, atau mengirimkan beberapa foto dari perjalanannya.

urusan masa depan yang satu ini sungguh sesuatu, dan semoga, meski jalannya masih jauh dan berliku, kami akan sampai ke sana. Amiin.

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda