jumat sore yang tak biasa

setelah empat hari menghabiskan waktu seharian di kantor, hari ini saya memutuskan work from home. Pagi, Jo mengirimkan email, dia juga work from home, jadi semakin yakinlah saya untuk tidak mendekati gedung berlantai 29 itu hari ini.

Setengah delapan sore, Sandrine, teman sekantor saya, yang rumahnya dekat rumah saya, mengirimkan email, katanya dia membutuhkan pertolongan saya dan dia dalam keadaan darurat.

Langsung saya berganti pakaian dan berlari ke rumahnya, dan diperjalanan, sandrine menelpon dan mengabarkan dia tidak bisa menemukan dompetnya, dan meminta saya menemaninya ke kantor karena mungkin dompetnya ketinggalan di sana.

Jadi, kami ke kantor pukul delapan sore, masuk melalui pintu satpam, dan kena ceramah karena kami punya kartu tapi tetap masuk dari pintu satpam. Ternyata akses kantor 24 jam 7 hari, hanya saja kami harus menandatangani form jam berapa masuk dan jam berapa keluar, in case kalau ada kebakaran, security bisa menolong kami.

Lalu kami bergegas ke ruangan sandrine di lantai 28 dan dompet birunya tergeletak rapi di laci meja. Kami tertawa-tawa dengan riangnya. Gadis kamerun itu tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, karena semua kartu, termasuk visa, semuanya di dalam dompet.

Kami berjalan menuju halte bus, dan berharap bus segera datang karena sandrine tidak punya makanan di rumah. 20:45, kami tiba di depan supermarket, dan berbelanja seadanya. Saya menuju rak coklat, mengambil dua batang coklat ritter rasa favorit saya. Saya butuh coklat, setelah sangat deg-deg-an berlari ke rumah sandrine, membayangkan keadaan darurat paling buruk yang mungkin terjadi.

Supermarket tutup pukul 21:00, tapi begitu banyak orang yang berbelanja last minutes seperti kami.

Sandrine memeluk saya dengan erat ketika kami akan berpisah, hari ini sandrine juga tidak ke kantor. Sepertinya kantor itu merindukan kami berdua sehingga kami harus tetap ke kantor hari ini.

saya tersenyum, hari ini, pikir saya, hanya hari yang biasa saja, tapi, ada sesuatu, dan bonusnya, di bus tadi saya ketemu si mas, yang tersenyum teduh, dan mengatakan temannya baru datang.

ah, meski tak sempat ngobrol, setidaknya ada senyum si mas, dan pelukan erat sandrine...


Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda