siomay memory

sepiring siomay ini memang tak seenak batagor yang sore itu saya santap sepiring berdua dengan nenek di Bandung. Tidak ada maksud kami menjadi mesra dengan berbagi piring, hanya karena harganya sungguh fantastis untuk sepiring jajanan, kami memutuskan untuk hanya sekedar mencicip. Hingga akhir petualangan kami dengan siomay dan batagor, semakin kami mengakui batagor depan factory outlet itu sungguh keterlaluan enaknya.

sepiring siomay malam ini, yang bahannya saya beli tadi sore, dan resepnya yang didiktekan lagi oleh si akhi, pastinya lebih enak dari siomay ibu RW di pengkolan Bateng. Tapi tetap saja, wangi siomay si ibu lebih harum, menggoda perut yang kelaparan setelah berjalan jauh dari perikanan sampai grawida. Rasanya aroma siomay itu masih tersimpan dalam ingatan, meski rasanya tak sepadan dengan harumnya.

demi sepiring siomay, dapur mungil saya berantakan, dan saya terduduk kekenyangan. Tak lupa saya mengirimkan foto siomay made in daku buat Dian di Stuttgart, kapan-kapan ke sana lagi, harus buat siomay. Satu foto lagi dikirim buat ndut dan melon yang pasti mangga kakaknya tersayang udah bisa buat siomay dan yang terakhir buat yang ngasi resep, sekedar ucapan terima kasih hahaha




Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda