Auf wiedersehen Om Anton

menelusur ingatan tentang si om, adik babah saya, lelaki keren pertama yang saya kenal.
Tinggi 172 cm, dengan berat badan seimbang, membuat apapun yang dikenakannya kelihatan berkelas. Seleranya sangat bagus, tak pernah ragu membayar mahal untuk kualitas.

Dulu ingat saya, kamarnya di rumah nenek, ditempel poster lelaki yang sedang memanjat gunung. Tas ransel besarnya tergantung di dinding.

Foto-fotonya bersama sahabat-sahabatnya dengan senyum paling lebar dalam album yang diletakkan di lemari, suka saya obrak-abrik dan saya lihat-lihat.

Foto favorit saya, ketika si om jadi petugas pengibar bendera, dengan seragam putih paski dan kopiah terlihat sangat gagah.

Kamarnya rapi, buku disusun teratur, lemari baju plastik berdiri tegak.

Di sudut kamar ada dua barbel. Si om hobi berolah raga. Setiap hari tak pernah absen berskipping dan mengangkat beban.

Hal yang paling membuat saya takjub, si om bisa bergantung di tiang yang dipasang di pintu belakang. Kadang saya diangkat ke atas tangan saya, berpegang ke tiang dan si om memegang saya, jadi saya bisa bergelantungan sambil berteriak kesenangan.

Cerita yang masih saya ingat, ketika si om dan teman-temannya mengecat Bank Indonesia Banda Aceh. Gedung berarsitektur Belanda itu sangat tinggi dan megah. Tak pernah bisa saya bayangkan si Om bergelantungan mengecatnya.

Ingatan-ingatan lain, tidak bisa saya panggil satu per satu, terlalu dalam bercampur dalam banyak tawa dan canda penuh kenangan.

terakhir bertemu, ketika saya mau berangkat ke Jerman. Si om datang dan ngasi baju buat saya. Baju terakhir dari si om. Si om gak pernah lupa memberikan sesuatu buat kami, jika kami mau berangkat melanjutkan pendidikan. Dia sangat senang ponakan-ponakannya sekolah yang tinggi.

Satu yang saya sangat senang, gelang pemberian saya ketika naik haji, dipakai selalu. Gelang itu terlihat jauh lebih keren di pergelangan tangannya.

Sekarang, saya masih berpikir, si om baik-baik saja. Saya akan ketemu lagi kalau saya pulang ke Banda Aceh dan bercanda lagi dengannya.

"Ich bin krank..." kata si om

Ya om, sekarang om udah gak sakit lagi dan om udah tenang. Semoga Swt. menerima amal ibadah om, sampai ketemu lagi om..


Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda