janji bis pada haltenya

kereta api bawah tanah dan bis itu selalu menepati janji, hingga ketelitian menit mereka bisa patuh. saya tidak pernah habis pikir, kenapa mereka mampu menunjukkan cinta sedalam itu, pada jadwal yang tertera di dinding halte.

kadang saya ingin membuat mereka berpaling, terlambatlah datang, berapa lama sanggup berpaling?
dan dalam kondisi normal, mereka hanya mampu mundur dua sampai empat menit, tak pernah lebih.

pernah dalam hujan salju yang lebat, mereka terlalu berusaha, saya tahu. berkali-kali saya melihat jam dan memandang kejauhan. apakah kali ini bis itu tidak akan datang? dan dalam resah, saya masih berdiri mematung, melupakan waktu dan mengingat janji. Kali ini, sekali lagi, bis itu tetap datang tepati angka yang tertera di papan digital meski putih terlalu tebal dan jalan menjadi sempit karenanya.

seperti itu di sini, dulu saya terlalu sering memaafkan karena alasan sebodoh apapun. bahkan jadwal pesawat yang delay berjam-jam tak terlalu sulit untuk diterima. lalu kini ketika semuanya terlalu pasti, saya ingin percaya, saya ingin tak percaya, ternyata tak terlalu sulit untuk berkomitmen, menepati janji, atau tidak membuat orang menunggu terlalu lama tanpa harapan.

lalu kenapa, begitu seringnya saya harus memaklumi sesuatu, sesuatu yang harusnya tak terlalu sulit, andai saja ada kemauan dan kesungguhan.

mungkin karena terbiasa, terbiasa saja..


Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda