about life


Jika waktumu tak banyak lagi, apakah kamu akan hidup seperti biasa? Adakah hal-hal yang ingin kamu lakukan, tapi karena sesuatu dan lain hal, kamu menundanya dan menundanya. Menyimpannya rapat, mengatur timing, melihat situasi dan kondisi, menghitung plus minus, menunggu saat yang tepat, hingga kadang, “ide” itu terlanjur menguap dan hilang.

Buat saya hari itu, saya berpikir untuk rajin menulis setiap hari, hingga literature review saya selesai dalam satu minggu, lalu saya pindah ke metodologi dan desain research saya. Sebulan, bereslah semua itu.

Buat saya hari itu, saya ingin pergi ke suatu kota, menemui seseorang, mencari jawaban dari sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah ada jawaban.

Buat saya hari itu, tidak ada yang lebih penting dari menjalani hidup, dalam rentang waktu yang masih memungkinkan, dan mewujudkan semua yang saya inginkan tanpa memikirkan apa kata orang, apa penilaian orang, dan pertimbangan yang saya gunakan tiap hari.

Lalu pagi ini, saya terbangun di kamar saya yang semalam baru saya pel, sprei yang masih wangi deterjen, segelas teh hijau dan madu, setangkup roti berselai pistachio, dan sweater oranye saya yang berubah wujud setelah keluar dari mesin cuci, sambil memandang salju yang turun pagi ini pelan memutihkan kota, saya ingin merubah cara hidup saya.

Mungkin hari-hari di sini tak mudah, bahkan membuat saya semakin seperti drama queen, berpindah dari satu panggung ke panggung lain, merepotkan banyak orang, bermellow campur galau, ah saya sudah selesai dengan itu semua.

Saya ingin lebih sederhana memaknai hidup, menjalani tapakan hari dengan humble dan penuh syukur. 

Seperti nasehat sahabat saya Dian yang menemani saya di kereta kemarin,

“Ikhlaskan sar...”

Menjadi ikhlas dalam sepenuh-penuh syukur, karena insya Allah, hari ini saya masih ada.

Popular posts from this blog

menulis serius

delapan jam

Interview Masuk SMP