nada dan kata


Malam ini saya mendengar radio ASFE, radionya mahasiswa Aceh di Jerman. Kebetulan jam segini ini  lagu-lagu dangdut sedang diputarkan. Buat saya genre dangdut begitu akrab di telinga, karena waktu saya abege dulu, seniman dangdut menciptakan banyak lagu dangdut yang keren. Kadang-kadang, sampai gak percaya, kenapa saya bisa jadi backing vocalnya.

Lirik sebuah lagu buat saya, kadang lebih penting dari musiknya. Kalau liriknya kena di hati, maka saya langsung penasaran dengan lagunya. Meski sampai sekarang saya agak susah buat menghafal lirik lagu. Lirik lagu yang saya hafal cuma lagu-lagu nasional karena dulu sekolah saya sering diundang ikut aubade di Blang Padang.

Ketika mendengar lagu-lagu dari masa lalu, biasanya terkenang kembali saat-saat saya mendengar lagu itu. Ingatan sepertinya punya cara tersendiri menyelipkan diri dalam lirik dan musik.

Dewa 19 dan Kahitna adalah penanda masa remaja. Waktu kuliah saya punya koleksi kaset Mocca, Jikustik,  Padi, dan Sheila on 7. Awal-awal di Sabang ngefans sama Letto dan Nidji. Lalu masuklah mp3 menggantikan kaset-kaset yang diputar dengan walkman dan mp3 player. Maka sejak itu saya tidak pernah membeli kaset lagi.

Sampai sekarang saya masih suka mendengarkan lagu-lagu baru, karena sungguh tak terduga, apa yang bisa membuat kita menyukai satu lagu. Apakah pada saat pertama mendengarkan atau setelah berulang kali mendengarnya.

dan saat seperti ini, lagu-lagu kenangan itu mendekatkan hati dan perasaan dengan kemeriahan dan hangatnya kemarin saya..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011