merasa equal


Satu pelajaran yang saya catat dari pengajian kemarin, adalah untuk selalu merasa equal atau merasa sederajat. Merasa equal, dalam hal ini, khususnya ditujukan untuk kemampuan dan performance saya sebagai student. Belajar menjadi equal ternyata, bukan hanya masalah diperlakukan secara equal tapi juga merasa equal, yang harus dimulai dari yang punya pikiran dan perasaan.

Buat saya sendiri, wujud perasaan tidak merasa equal itu bisa dikenali dengan penundaan melakukan sesuatu, mencari momen untuk mengatakan sesuatu, atau melupakan dengan pelan apa yang sebenarnya saya inginkan atau butuhkan. Memang kelihatan agak tricky, yang kadang diartikan too polite (terlalu santun) dan too stupid (terlalu bodoh) yang tidak bisa dibedakan secara signifikan batasnya.

Tulisan gak jelas ujung pangkalnya ini ditulis saat menunggu nasi beres ditanak, sambil memanaskan lauk yang dibungkus dari pengajian kemarin. Suka saya masalah bungkus membungkus ini, kalau soal ini saya selalu merasa equal untuk mengambil bungkusan sama banyak dengan ibu-ibu yang lain. hahaha

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011