Uncertainty


Kalau ada yang tanya, bagaimana keseharian phd student, bisa ngecek di phd comic. Sebagian besar yang digambarkan berdasarkan pengalaman banyak orang meski dalam media kartun-kartun yang kocak.

Ketika sahabat saya bertanya, apa yang saya lakukan dua minggu pertama memulai, tidak banyak yang bisa saya jelaskan. Minggu pertama, saya google internet dengan pertanyaan “how to start your phd”  dan menulis email kepada teman-teman yang sudah di tahun pertama dan kedua phdnya, khususnya teman-teman saya waktu di adelaide dulu. Saya juga melakukan wawancara dengan beberapa orang dan coba mengingat nasehat-nasehat uci susilawati yang baru menyelesaikan phdnya dengan gemilang.

Minggu kedua, saya habiskan dengan mereview lagi proposal saya. Membaca jurnal, laporan, dan thesis yang saya temukan di kampus. Membuat catatan-catatan, berjibaku dengan semua pertanyaan, bagai benang kusut yang tak ada habisnya.

Kadang-kadang susah sekali menarik bibir ini buat tersenyum, kelu. Kebiasaan mengerutkan dahi semakin merajalela. Kata teman saya, baru juga mulai harusnya masih fresh gak boleh pusing dulu.

Lalu ketika menghadiri seminar atau kuliah umum, terheran-heran dengan kemampuan kolega saya bertanya, mengemukakan pendapat, dan mempresentasikan pekerjaannya. Sambil menepuk bahu sendiri menyemangati diri,

 “Nanti juga di tahun kedua, kamu sudah sekeren itu sar..” hahaha..

Saya merasa beruntung dengan kecanggihan teknologi, tak terbayangkan dulu mungkin proses menulis dan riset lebih ribet karena belum ada fasilitas internet, dengan search engine, dan kesediaan manusia berbagi hasil pekerjaan dan pemikirannya via internet. Akses begitu mudah, tinggal klik, langsung keluar pdf nya. Mau di print (suka merasa tenang kalau sudah ngeprint sesuatu yang kelihatannya relevan dengan pekerjaan saya) atau dipandangi saja di layar komputer.

Kalau dipikir-pikir, sungguh keajaiban bisa berada di sini dan melakukan sesuatu yang sangat saya sukai. Membaca dan menulis adalah hobi saya sejak dulu (membaca majalah dan menulis puisi, hee). Cita-cita menjadi spousenya phd student belum kesampean, malah terjerumus jadi phd student. Saya sedang menanti Dian datang, waktu itu kami berdoa bersama dan doa Dian jadi spouse terkabul, sedang saya malah jadi student.

Nanti kalau ada hal lain yang menarik berkaitan dengan pekerjaan saya, saya pastikan akan saya tulis. Pasti akan menyenangkan membaca kembali awal-awal perjalanan, ketika saya tak begitu yakin apa yang harus saya lakukan..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011