I won't give up


Ada saat dimana, kamu gak mau menyerah, kalau kata om Jason Mraz, I won’t give up. Saya suka dengan kekeuhnya bang Jason, mempertahankan semuanya.

Buat saya, kadang kita harus menyerah. Saat dimana semua usaha sudah dilakukan dan kita terlalu capek menjalani semuanya. Bukan hanya dalam konteks “cinta” saja, dalam kehidupan sehari-hari, dalam banyak hal saya menyerah. Menyerah buat saya, ketika sudah mencoba dan ternyata saya tidak bisa-bisa, terlalu stress ketika melakukannya, atau simple tidak bisa menikmatinya.

Kegiatan tersebut antara lain : menyelam, main gitar, buat martabak cane, naik gunung dengan ransel besar di medan yang sulit, nyuci baju putih yang penuh noda, dan merajut.

Bukan berarti saya tidak pernah menyelam atau nyuci baju putih. Kalau bisa didelegasikan dengan yang lain, maka dengan senang hati saya mempersilahkannya. Semua pekerjaan/kegiatan pasti memiliki tantangannya masing-masing. 

Kita memiliki preference dan bakat di bidang masing-masing. Beberapa orang saya temui sangat terampil dan bisa melakukan apapun. Lalu untuk hal sepele seperti menyanyi atau memasukkan benang dalam jarum, dia menyerah tanpa mencoba.

Setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dari jaman kapan saya sudah punya daftar plus minus saya. Minus, saya bisa menulisnya dengan tanpa banyak berpikir tapi kalau plus agak susah dicari. Minus-minus ini biasanya didapatkan dari hal-hal yang pada kehidupan sehari-hari saya menyerah. Sementara untuk tahu plus, mungkin harus ada yang muji dulu, baru ngeh kalau itu ternyata plus saya.

Ya, menyerah atau coba lagi, sekali lagi harus memilih, dengarkan kata hati dan yakinlah pada pilihan kita. Meski tak pernah mudah..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011