minimalis


Sebuah tulisan di blog http://mnmlist.com/walk-away/ sungguh sangat menginspirasi saya. Tulisan ini intinya mengajak kita untuk hidup sederhana, apa adanya, dan setiap saat mengevaluasi apakah semua yang kita miliki memang kita butuhkan atau hanya sekedar pemuas keinginan.

Saya pernah berdiskusi dengan ndut tentang, sebenarnya berapa banyak celana yang kita butuhkan? Kalau kata ndut, kalau mau jujur, satu saja sudah cukup. Cukup warnanya hitam, sehingga tidak ada yang notice bahwa seminggu celana itu dipakai setiap hari. Kalau mau amannya, dua potong celana. Sudah lebih dari cukup.

Waktu saya mengikuti ospek di IPB, saya harus memakai rok hitam setiap hari. Keadaannya waktu itu hampir sama dengan saat ini. Saya hanya membawa satu koper ke Bogor dan saya cuma punya satu rok warna hitam. Maka setiap hari saya memakai rok hitam itu. Kalau rok itu sudah kotor sekali, pulang kuliah langsung saya cuci dan jemur. Segala kreativitas dilakukan agar rok itu kering dan bisa dipakai lagi besok harinya. Rok hitam sebiji ini adalah rahasia terbesar saya dengan sahabat saya. Hanya dia yang tau saya tak pernah berganti rok selama ospek.

Saat ini, mungkin saat yang tepat untuk menerapkan konsep minimalis ini. Namun, belum lama saya berdiskusi dengan sahabat saya, yang bernama uci susilawati, bahwa walau tidak banyak, sebagai strategi marketing, kami harus mempunyai pakaian-pakaian yang bagus dan bersahaja. Mengingat dan menimbang sampai saat ini strategi marketing harus diutamakan karena target produksi belum tercapai hahaha..

Balik lagi ke artikel ini, konsep minimalis ini juga bisa diterapkan dengan meminalisasikan hubungan-hubungan yang terlalu  banyak membebani pikiran. Agak sulit untuk walk away dari hubungan-hubungan yang memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Sekali lagi, ketika investasi yang dibutuhkan sangat besar, maka mungkin walk away adalah pilihan yang bijak.

Bagaimanapun, menurut saya, kita harus tetap fleksibel. Hanya saja konsep minimalis ini sungguh menggoda dan menantang saya. Mungkin layak dicoba, sambil perlahan-lahan mencari konsep yang paling tepat untuk hidup.

Popular posts from this blog

menulis serius

delapan jam

Interview Masuk SMP