Singgah di Perpustakaan


Perpustakaan itu milik seorang yang punya koleksi buku yang sangat banyak. Saya tidak tau, apakah itu dulu rumahnya, atau memang dibangun khusus untuk perpustakaan.

Ndut yang mengajak saya mampir ke sana. Entah apa yang dia cari. Meski akhirnya kami berdua berdiri di depan rak buku bertema adat istiadat Aceh. Banyak ternyata buku tentang Aceh. Beberapa masih dalam ejaan lama. Begitu terpesona dengan gambar dan foto yang sangat artistik. Sungguh terpana dengan kekayaan adat istiadat warisan leluhur. Koleksi buku yang entah dimana bisa ditemukan lagi.

Buku-buku itu sungguh istimewa. Rasanya waktu berhenti di ruang perpustakaan itu. Dua kakek yang terkantuk-kantuk membaca koran. Seorang bapak penjaga perpustakaan dengan mesin ketiknya yang riuh. 
Seorang mahasiswi yang sibuk mencatat dari buku-buku yang terbuka lebar dihadapannya. Dua orang kakak beradik yang lalu lalang, membuka menutup buku, mengambil mengembalikan, menyusuri rak, ya itu saya dan ndut.

Banyak buku di rak-rak tertentu renta dimakan usia, terkelupas, menjadi coklat, dan merasa asing. Saya menyentuh buku-buku itu, ah sayang, memang tak ada yang abadi. Buku-buku yang bagus, mungkin mereka tak mampu menahan buku itu agar tak rusak. Mungkin sebenarnya bisa saja, hanya mungkin terlalu rumit dan mahal untuk buku-buku yang tak banyak orang masih mau membacanya.

Sejam kemudian saya mengajak ndut pulang. Ketika saya mengisi buku tamu, saya menghitung berapa pengunjungnya sehari. Dua atau tiga orang saja. Sedikit, tak sebanding dengan jumlah koleksi perpustakaan ini yang melimpah ruah.

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011