renungan menjelang ujian


Ujian-ujian itu datang silih berganti. Waktu berjalan begitu cepat. Berapa banyak kata yang sudah terekam dalam memori, berapa banyak kata yang diucapkan terpatah-patah, berapa banyak soal latihan yang sudah dikerjakan, berapa PR yang telah diberikan, tak pernah menghitung.

Konon, faktor umur berpengaruh (kata teman baru saya) dalam proses penyerapan dan pemahaman yang terkadang membuat saya “tergugu”, mengutip kata-katanya :

D(a)l(a)m les  memang mesti b(a)ny(a)k  sabar. Kita belajar b(a)h(a)s(a) Jerman dari nol di usia y(an)g (s)udah ga(tidak) 'terlalu' muda lagi u(n)t(u)k belajar bahasa, jadi wajar kalo(au) agak kewalahan. Dulu waktu saya les selama kurang lebih 9 b(u)l(a)n juga (be)gitu, ditambah lagi faktor bosan k(a)r(e)n(a) tiap hari les, plus hausaufgabe(PR) y(an)g ga(tidak) sedikit. 

Maka malam ini menjelang prufung ablegen (ujian) ituuh, saya sudah menghabiskan dua bungkus coklat, 
sekotak martabak, makan malam dan sejumput kripik pisang coklat.

Lalu menulis blog yang seharusnya tidak dilakukan di malam ujian.

Entah berapa helai rambut yang berguguran dan malam-malam sulit memejamkan mata. Paling gila, menulis lagi email-email yang tak penting, sekedar membuang gerah.

Ah, hidup ini memang pilihan. Kata adik saya, perjuangan ini untuk masa depan yang lebih baik. Kalau nanti sudah selesai bisa ambil cashback. Untuk masa depan yang lebih gegap gempita mari bersemangat menuntut ilmu. Doakan saya ya buat ujian besok. Semangat!


Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda