membaca Madre


Kumpulan cerita “Madre” itu dititipkan endut yang sudah selesai membacanya ketika terbang. Tak sempat terlirik, tapi semalam ketika saya ingin membaca, saya mencarinya diantara tumpukan barang-barang di lemari kos saya yang sempit.

Membacalah saya, pertama: Madre. Terbawa dalam kalimat yang dirangkaikan Dee penuh seluruh. Mengalir mengikuti kata per kata menemukan keindahan dan kesederhanaan.

Selesai Madre saya berpindah ke “Menunggu Layang-Layang”. Seketika terkenang si gadis pengejar layang-layang saya. Ah dimana dia sekarang. Mungkin langitnya tak lagi begitu biru hingga tak satu layang-layang ingin terbang di sana. Terpekur sejenak membaca cerita yang sangat menyentuh. Beberapa kata membekas dalam dan membuat saya berpikir, aha, harusnya saya bisa menulis seperti ini. Bagus, cerita yang nyata, cinta yang ada, saya suka.

Masih menyimpan mimpi bisa menulis yang sederhana dan mudah. Masih ada. Suatu saat, saya akan menulisnya, dan Dee akan menuliskan sedikit kata pengantar dengan kemurahan hatinya, dalam kumpulan cerita saya yang kurang lebih setebal Madre ini.

Popular posts from this blog

menulis serius

delapan jam

Interview Masuk SMP