Weekend dan Dia


Weekend di Jakarta, kalau Diah tidak ada pekerjaan di luar kota, kami selalu janjian buat ketemuan. Buat saya ini menyenangkan bertemu seseorang yang mengerti saya di belantara Jakarta yang asing ini. Tidak perlu banyak bicara, tidak banyak berdebat dan menahan rasa, hanya menjadi diri saya saja.

Janjian ketemuan, biasanya makan dulu sambil curhat ini itu lalu dilanjutkan dengan kebiasaan kami yang tak pernah bisa lepas. Belanja alias shopping till you drop. Akhir minggu saya di Adelaide juga seperti itu bersamanya, keluar masuk toko, dan berakhir dengan menenteng belanjaan. Rasanya selalu ada yang dibutuhkan. Pelepas stress yang tak ada duanya.

Kemarin Diah mengajak saya ke pasar Asemka. Sungguh sebuah pasar yang sangat menggoda. Lalu lintas yang semrawut, bau sungai yang pekat, orang yang lalu lalang, dan harga yang ditawarkan murah meriah. Seperti biasa Diah membiarkan saya berkeliaran ketika dia sedang berkosentrasi memilih barang-barang. Saya suka agak bosan kalau kelamaan di satu toko. Jadilah saya seorang diri keluar masuk toko yang menjual berbagai aksesoris, alat-alat tulis dan souvenir pernikahan.

Puas cuci mata, saya kembali menemuinya yang ternyata sudah selesai memilih. Diah membelikan saya es potong. Ah, sudah lama sekali tidak menikmati es potong rasa ketan hitam dan dia memilih rasa kacang hijau. Kami makan es sambil berjalan dan debu yang mengiringi.

Diah lalu menunjukkan sisi lain pasar Asemka yang berada di bawah jembatan. Lebih ramai, lebih beragam, lebih heboh, dan lebih bersemangat. Kami tidak membeli apa-apa. Hanya menyusuri jalan, melihat-lihat barang yang dijual, memperhatikan penjual dan pembeli yang seolah-olah tak akan pernah sepakat.

Tujuan berikutnya membeli beberapa DVD di Mangga Dua. Maka kami naik bajaj ke Mangga Mua. Keliling-keliling dan mendapati sebuah penawaran kamera pocket akhir tahun. Bersepakat membeli kamera dengan harga yang terjangkau. Sangat-sangat impulsif. DVD menjadi kamera.  Hahaha..

Bukan karena tak cinta lagi pada “Terra” si kamera DSLR saya itu, hanya saja sepertinya saya ingin memotret sesuatu tanpa berpikir. Hahaha, excuse untuk membeli kamera pocket. Jadilah saya membeli kamera pocket warna hijau yang tipis dengan harga yang didiskon lumayan.

Semakin sore, kami akhirnya berpisah. Berjanji untuk bertemu akhir-akhir pekan mendatang dengan petualangan-petualangan seru lainnya.

Popular posts from this blog

Interview Masuk SMP

Lelaki tempatku bercerita

My ten years challenge