Didi
Namanya Didi. Dia sepupu saya yang paling kecil. Masih TK. Hanya
saja kalau bersama dia saya merasa seumuran dengan dia. Saya berbicara
dengannya seperti kami sebaya. Dia juga menganggap saya tak ada bedanya dengan
dia. Sayangnya dia tidak terlalu nyaman dengan saya, apalagi kalau ada ibunya.
Didi tidak bisa diam. Dia selalu bergerak, melompat dan
berlari. Saya sebenarnya pengen seperti dia. Tidak ragu mengatakan apa yang
ingin dia katakan. Tidak malu berteriak kalau keinginannya tidak dipenuhi.
Tidak sungkan melakukan apa yang ingin dia lakukan. Tidak ragu menangis jika
dia ingin menangis. Emosinya begitu cair, terasa sangat hidup.
Kadang saya ingin merengek-rengek kalau keinginan saya tidak
saya peroleh. Berguling-guling di lantai jika mengamuk. Menjambak rambut orang
yang saya benci. Memukul orang yang mengganggu saya dengan tingkah laku yang
aneh. Didi seperti itu. Mungkin waktu seusia Didi saya juga seperti itu.
Sudah lama sekali, mungkin akan menyenangkan kalau sampai
kapanpun kita masih diperbolehkan menjadi seorang anak kecil yang semua tingkah
lakunya diterima sebagai suatu kewajaran. Dunia orang dewasa ini begitu
membosankan, terlalu datar dan penuh akting. Kalau saya bersama Didi, saya bisa
kembali menjadi anak-anak. Meski Didi sangat-sangat marah dengan tingkah laku
saya yang selalu menirunya. Bahkan untuk
menjadi anak kecil lagipun saya masih harus meniru, hahaha..