Tentang anak laki-laki bersepeda merah
Dia akan kembali ke kota ini, katanya pada suatu sore.
Anak lelaki dengan sepeda merah dan tas hitam. Berjalan
berjinjit dan tak pernah terlalu sering tersenyum. Seragam putih birunya yang
terlihat kusam tapi dirinya selalu berkilauan.
Bel yang selalu ditunggu berbunyi, secepat kilat berlari,
mengejarnya. Sebelum dia terlanjur pergi dengan Damri pertama yang lewat di
depan Muara.
Berapa tahun sudah berlalu?
Bukankah kita tak pernah menghitungnya,
Seperti kita tidak pernah menyangka, kamu akan kembali ke
kota ini.
“Nasib yang membawaku kembali...”
Ya, mungkin aku harus merelakan semua kenangan manis itu
hilang. Kamu akan datang, pastinya tak seindah anak lelaki yang berkilauan itu
karena aku tau, imajinasi dan kenyataan tak pernah jelas dalam kepalaku.