membaca Alchemist


Karena hari-hari saya belakangan ini melompat dari satu buku ke buku yang lain, dari satu komik ke komik yang lain maka wajar saja kalau cerita saya akan berkisar tentang apa-apa yang sudah saya baca itu. Semalam saya membaca Alchemist, karyanya Paulo Coelho. Saya juga penggemar blog dan quotenya. 

Bukunya satu yang saya punya, Brida. Saya beli di Adelaide waktu pertama launching. Brida versi English, tidak banyak yang saya ingat kecuali definisi tentang cinta sejati, cinta sejati adalah apa gitu gitu, ha..ha.. ternyata gak ingat lagi.

Balik ke Alchemist, seperti biasa sudah lama saya tau tentang buku ini. kalau tak salah ingat sebelum tsunami si ndut udah wanti-wanti saya jangan membeli buku ini karena dia udah beli di Banda Aceh. Ya, harus saling mengingatkan jika tidak ingin berakhir dengan membeli dua buku yang sama. Waktu itu saya di Bogor, 2003 atau 2004 lah. Sedikit endingnya (kebiasaan buruk untuk menyakiti seorang kakak adalah memberitahukan ending sebuah cerita) sudah dibocorkan dengan teganya.

“Lu tau gak, ternyata harta karunnya tu di halaman belakang rumahnya....”

Tidak apa-apalah toh nanti waktu saya pulang semoga saya sudah lupa endingnya. Kalau ternyata sekarang saya baru membacanya, bukan punya sendiri pula, itu karena buku itu ikut hancur terbawa tsunami. Koleksi buku si ndut tak berbekas. Koleksi buku saya selamat karena saya tinggal di Bogor.
Lalu buat saya dan ndut terlalu menyakitkan membeli buku yang sama hanya karena buku itu sudah hilang terbawa tsunami.

“Kayaknya kita pernah punya buku itu ya i...” kata ndut

Hingga akhirnya kami tidak terlalu bersedih, ingatan-ingatan itu seperti puzzle, kalau saya ingin mengingat cerita suatu buku saya tinggal tanya ndut atau mel. Kami semua membaca buku yang sama. Mungkin saja mereka masih ingat ceritanya. Bukankah lagi-lagi sebuah buku hanyalah perantara dari rangkaian cerita? Ketika kita mengingat ceritanya di kepala kita, maka buku itu sebenarnya masih tetap ada. Lembaran-lembarannya terbuka pelan-pelan di kepala.

Mungkin ini memang saat yang tepat buat saya membaca Alchemist. Gurun-gurun itu semakin dekat untuk ditaklukkan. Piramida-piramida yang jauh masih setia menyimpan harta karun saya. Hanya saja saya memang harus berkelana menemukannya, sebelum saya menyadari ternyata harta karun itu tak pernah terlalu jauh tersimpan.

Bahkan untuk membaca sebuah bukupun ada waktunya yang tepat..


Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda