Sebelum dia pergi..

Aku terbangun, suara sms masuk ke telepon genggamku, ah siapa pula pagi-pagi begini mengirimkan sms untukku. Aku bangkit perlahan, meraih telepon yang masih terhubung dengan charger, mencopotnya meski baterainya baru separuh terisi.

Aku membuka pesan singkat, tersenyum, ah sms selamat pagi darinya, sudah sekian lama tidak pernah aku terima.  Katanya aku harus semangat hari ini.

Aku bertanya kapan dia kembali ke kotanya yang jauh karena aku ingin makan bakso bersamanya sebelum dia pergi. Kantuk masih menggelayuti dan pesanku tak dibalasnya lagi.

Aku mendapati lampu merah itu berkedip-kedip, satu panggilan tak terjawab dan satu pesan singkat. Aku menelponnya kembali dan mendapati suara beratnya yang riang.

Tak lama dia datang dengan sebuah bungkusan ditangannya. Sebentar dia memilih kaos oleh-oleh untuk temannya. Lalu membuka bungkusan yang berisi bakso yang dijanjikannya. Aku pikir dia hanya membungkuskan bakso untukku, ternyata, ada dua bungkus bakso.

Sambil dinikmatinya semangkuk bakso, kisahkan tentang hidupnya di sana, hari-hari sekolahnya yang baru, teman-teman sekelasnya. Sudah lama aku tidak tertawa dengannya, ternyata masih terasa sangat menyenangkan tertawa bersamanya.

Ah, kapan kita bisa bertemu lagi. Dimanakah kita akan bertemu lagi. Ketika jarak dan waktu selalu menjadi alasan yang klasik.

Lelaki dengan sayap perak itu, kali ini dia singgah sebentar, mengantarkan sebungkus semangat untukku, sebelum terbang dan entah kapan akan singgah kembali. Auf Wiedersehen !

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Interview Masuk SMP