I Love Banda Aceh

Setelah sekian lama tidak menetap di Banda Aceh, saya merasakan saya mencintai Kota ini sangat. Saya terlalu lama pergi dan tidak pernah cukup waktu untuk mengeksplore Banda Aceh. Kota ini adalah zona nyaman saya. Saya menyukai orang-orangnya, saya menyukai udara, dan saya menyukai gerak kota ini.Meski terlalu banyak yang berubah, Kota ini menyimpan sejuta kenangan yang mengingatkan tentang hal-hal kecil yang hanya ada di sini.

Labi-labi yang setiap pagi mengantar saya les, contohnya. Saya ingat dulu selalu ada kernet yang suka reseh suruh duduk rapat-rapat, sekarang tidak ada lagi. Pintunya hanya diikat tali dan kita cukup memencet bel jika ingin turun. Saya terkejut dengan kemacetan yang menjadi biasa di Banda Aceh. Kenderaan yang berlalulalang, sekarang labi-labi bukan lagi si preman jalanan, premannya adalah kereta-kereta yang terlalu banyak dan merangkak disela-sela mobil.

Ketika di dalam labi-labi ini saya juga tersadar, size saya normal di Banda Aceh. He..he.. pembelaan diri paling gila ya. Mungkin saya terlalu lama naik angkot di kota lain jadi dari dulu saya merasa tidak normal. Ya, Banda Aceh membuat saya merasa I’m ok. Saya tidak aneh disini. Gaya jilbab saya, pakaian saya, bahkan cara berjalan saya dari sinilah saya dapatkan.

Bahkan ketika saya naik Damri, saya masih mengenali supir dan kernetnya. Mereka dulu saya kenal ketika saya masih berseragam biru. Kota ini, begitu pandai menyimpan rasa. Hanya saja saya kehilangan teman-teman terbaik saya di Kota ini yang bisa membantu saya mengurai kenangan-kenangan itu. Tak apa-apalah, saya punya teman-teman baru yang akan mengenalkan saya sisi-sisi lain Kota ini.

Ada beberapa kenangan tentang kemarin ketika jalan-jalan Kota Banda Aceh yang tersusuri berdua hanya sepenggal masa lalu. Hanya beberapa kali tapi membuat saya merasa Banda Aceh akan terlalu saya rindukan ketika saya jauh nanti.

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Interview Masuk SMP