Serunya buka puasa bersama..

Kemarin sepupu saya ulang tahun, jadi acaranya sekalian buka bersama di salah satu restoran ayam goreng di bilangan seutui Banda Aceh. Satu jam sebelum berbuka kami sudah berangkat, menurut info babah saya yang sudah beberapa kali dapat undangan berbuka di luar, kami harus berangkat agak awal karena Banda Aceh macet sangat menjelang berbuka.

Seperti biasa, keluarga kami yang duluan tiba, saya lalu mencari meja yang sudah dipesan oleh tante saya. Saya menemukannya, meja untuk dua puluh orang. Semua pesanan hidangan sudah tersedia di atas meja. Lalu mulai datanglah sepupu-sepupu saya yang lain. Masing-masing membawa hidangan pendukung lainnya. Kebiasaan kami untuk makan enak tidak bisa ditinggalkan. Saya bawa bakwan jagung (penuh perjuangan menggorengnya karena cetakannya lengket dan adonan yang kurang tepung) tapi hasil akhirnya tetap kerenlah tersusun rapi dalam tupperware. Babah saya membawa pepaya dengan nata de coco dan jelly buatan sendiri.

Tante saya yang punya hajatan membawa udang goreng tepung, dengan alasan yang sangat simpel, harga udang goreng tepung mahal di restoran itu. Ha..ha.. Tak lupa cake ulang tahun beserta lilinnya. Om saya menenteng empat botol aqua besar, saya tersenyum simpul, untung gak bawa galon sekalian, bisa diusir kami sama yang punya restoran. Lalu ibu sepupu saya yang ulang tahun, bawa bungkusan besar berisi kue-kue dan gula pasir. Saya agak aneh juga ngapain juga si tante bawa gula, ternyata oh ternyata, gak lama si om berbisik dengan penuh kepasrahan ke si tante.

“Ceretnya diturunin juga..?”

“Iya turuninlah..” Jawab tante saya tegas.

Ah, saya menduga masalah ceret ini pasti sudah melalui tahap negosiasi yang sangat seru. Tak lama si om balik lagi menenteng dua buah ceret kuning imut imut oleh-oleh yang pulang haji, uhui, isinya teh manis hangat. Padahal jelas-jelas di atas meja sudah tersedia teh manis 20 gelas. Usut punya usut ternyata, keluarga kami tak bisa kalau tidak minum teh manis buatan sendiri yang terkenal seantero pocut baren kebanggaan pelanggan keude kupi temurui, alahaiiii..

Lalu suasana restoran itu semakin penuh, ramai sekali yang berbuka bersama teman, kerabat, kenalan, dan handai taulan. Riuh rendah suara orang berbicara dan tertawa. Sementara kami masih saja sibuk mengatur hidangan tambahan yang terlalu banyak. Mungkin Cuma di Aceh yang boleh bawa makanan dari rumah ketika makan di restoran. Hee.. tak ada yang tak mungkin, semua hidangan berhasil mendapatkan posisi yang pas di atas meja yang tak seberapa itu.

Alhamdulillah, waktu berbuka tiba. Saya tercenung, entah sejak kapan trend berbuka di restoran ada di Aceh. Dulu, jaman saya sekolah dan kuliah, kami juga membuat acara berbuka bersama dan selalu di rumah seorang teman. Rasanya lebih khidmat dan nyaman. Tidak seperti ini, udara semakin pengap karena beberapa mulai membakar rokoknya sebagai menu berbuka.

Ini juga karena alasan kepraktisan, tidak ada yang direpotkan mencuci gelas dan piring, atau menyediakan hidangan berbuka (kecuali keluarga saya yang tetap memasak meski makan di restoran). Selesai berbuka tinggal melenggang pulang. Hanya perlu membayar dan selesai.

Bagaimanapun tetap saja berbuka bersama sangat menyenangkan daripada buka sendirian. Hee..

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda