Kontemplasi Penghujung Ramadhan

Ramadhan tahun ini sungguh mengesankan sekali. Saya diberikan waktu untuk mengevaluasi diri, di sela-sela kesendirian saya ditinggal nenek mudik dini. Ternyata momen evaluasi diri tidak hanya di akhir atau awal tahun atau saat ulang tahun. Ramadhan juga saat yang tepat buat membongkar ulang semua isi hati dan nilai-nilai yang mungkin tidak layak pakai lagi sehubungan dengan usaha agar terlahir kembali dalam kesucian.

Ya, saya merasa terlahir kembali, karena saya berani untuk menghadapi semua risiko dari tingkah laku saya selama ini. Saya berani untuk mengatakan, oke, let’s moving on. Lagipula lebaran selalu identik dengan yang baru, biasanya yang baru memang agak tidak nyaman, contohnya sepatu baru. Suka lecet-lecet. Saya memang harus lecet-lecet dulu sebelum mendapat sepasang sepatu yang nyaman. Contoh sepatu memang sangat akurat berhubung saya sering bermasalah dengan sepatu baru.

Kalau akhirnya saat ini saya merasa lebih baik itu juga karena berkah ramadhan dan pertolongan Allah. Saya harus lebih banyak bersyukur, begitu banyak nikmat yang saya dapatkan. Kali ini maafkan kalau postingan saya ini agak-agak pribadi, sepertinya lebih cocok ditulis di diary, namun, ijinkan saya berbagi hasil kontemplasi saya ini,

Aku belajar memaafkan; Tak pernah mudah memaafkan diri sendiri

Aku belajar bersabar; Ketika kenyataan tak sesuai harapan

Aku belajar ikhlas; Mengikhlaskan semua yang terjadi

Aku belajar menahan amarah; Karena marah tak harus selalu dilampiaskan

Aku belajar hikmah; Ada pelajaran untuk setiap kejadian

Aku belajar bersyukur; Maka nikmat mana yang kamu dustakan

Aku belajar yakin; Rahmat Allah tidak akan terputus

Happy Idul Fitri everyone..

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda