Irene dan Potret Kesiapsiagaan Bencana Kita

Saya ingin menulis tentang Irene. Saya tidak terlalu kenal dia, meski bidang keilmuan saya di disaster management, saya terlalu concern dengan gempa dan tsunami. Hurricane, hanya beberapa saya kenal, ada satu buku yang pernah saya baca tentang Katrina. Kalau sama mbak Irene ini, si ndut yang mengenalkan saya. Lumayan heboh juga, semua bersiap menyambut Irene, termasuk si ndut dengan senter di kepalanya yang sungguh sophisticated. Lalu bercerita tentang bunker untuk menyelamatkan diri dan semua skenario yang begitu jelas untuk bisa dilaksanakan menghadapi semua kemungkinan terburuk. Bahkan skenario tentang kemungkinan terburuk pun sudah ada.

Ya, di sana memang akhirnya banyak pohon tumbang, listrik padam, internet putus, dan sarana transportasi diistirahatkan. Ya, begitu semua informasi tentang kebencanaan begitu lugas, bagian dari kehidupan sehari-hari, yang bisa diakses siapa saja. Mereka tau sampai kapan listrik akan mati, transportasi akan jalan kembali, dan berapa cadangan makanan yang harus disiapkan.

Beda sekali dengan kejadian yang dialami housemate saya di Singkawang. Minggu lalu Kalimantan Barat diguncang gempa. Alhasil, paniklah penduduk yang tak terbiasa dengan guncangan dan sentakan sekecil apapun, tak ada jalur gempa di sana. Lalu tiba-tiba beredar sms-sms tak bertanggung jawab yang mengatakan akan ada tsunami dan gempa dengan kekuatan yang sangat dahsyat. Paniklah teman saya itu.

Saya jujur tidak tau kenapa terjadi gempa di Pulau Kalimantan. Saya hanya tau, kalau tsunami early warning system itu baru bisa dikirim setelah terjadi gempa, dan sangat sulit untuk memprediksi terjadi gempa hingga tepat jam menit dan detiknya seperti yang dikabarkan sms itu.

Saya juga tidak yakin ada TEWS yang dipasang diperairan Kalimantan.
Ternyata masyarakat masih sangat rentan dengan isu-isu yang meresahkan seperti itu. Lagian, siapa sih yang sangat-sangat tega memancing di air keruh.

Itulah potret kesiapsiagaan bencana kita di Indonesia. Mungkin orang Aceh memang lebih siap tapi saya yakin, kalau sayapun mendapat sms seperti itu, saya pasti akan merasa resah. Pendidikan dan wawasan tentang bencana ini ternyata masih dibutuhkan. Artinya, masih banyak PR saya di masa yang akan datang. Selain tentu saja PR menulis Research Project saya as soon as possible. Ya mumpung liburan, nantilah saya tulis. Hee..he..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011