Your Lifestyle not your Job

Kemarin, harus dimasukkan dalam catatan sejarah, untuk pertama kalinya, saya bisa berbicara dengan bahasa yang sama dengan si Harimau.

Dia terus tertawa, mendengar kata-kata saya, akhirnya dia mau mendengarkan saya.

Mungkin karena apa yang saya bicarakan menarik dan masuk dalam logikanya (selama ini mungkin dia mengatakan saya selalu berbicara tentang sesuatu yang "mengambang")

Mungkin karena sore itu, moodnya sedang bagus, jadi dia tidak keberatan mendengar semua kata-kata saya berkaitan dengan dia yang "tidak perduli dengan apa yang dipikirkan orang lain dan tidak perduli dengan yang orang lain lakukan"

Mungkin saja, hingga akhirnya dia mengatakan hal-hal paling aneh yang pernah saya dengar kecuali dari sahabat-sahabat terdekat saya, seperti jumlah dan merk kaos kaki yang dia punya, nama bank tempat dia menabung (harusnya dia mengatakan berapa jumlah tabungannya), merk baju yang sedang dia pesan di luar negeri dan harganya, koleksi sepatunya, koleksi tasnya belum lagi koleksi kamera dan lensanya, ha..ha.. saya jadi bisa menghitung kira-kira berapa budget belanja dia sebulan..

Tentu dapat ditebak, kami sedang membicarakan tentang gaya hidupnya, yang merk minded, dan katanya dia hanya memakai dan membeli semua itu karena tingkat kenyamanan yang diperolehnya..

Tingkat kenyamanan, sesuatu yang hanya bisa dibeli dengan harga dan waktu pemakaian.

Dia percaya banyak yang juga yang seperti dia, yang memilih apapun berdasarkan rasa nyaman. Rasa nyaman yang diiklankan dengan sangat indah oleh merk atau brand.

Pekerjaan si Harimau ini sehari-hari adalah pendamping masyarakat, tinggal di desa yang jauh dari peradaban, dan berbicara tentang masalah kesejahteraan masyarakat, livelihood, dan sebagainya dan sebagainya..

Saya suka statementnya : "Gaya tidak menentukan kualitas pekerjaanku yang menyentuh masyarakat"
Artinya dia bisa saja tetap keren dan bergaul dengan ibu-ibu PKK, bapak-bapak nelayan, dan ibu penjual nasi..

Mungkin saja, tapi saya kok agak ragu, he..he.. ini sangat tidak sesuai dengan metode pendekatan masyarakat yang saya tau, untuk tampak menjadi bagian dari mereka..

Ah, sungguh pembicaraan yang tak jelas ujung pangkalnya, tapi katanya saya berhasil membuka kartunya, karena selama ini dia selalu mengatakan, tidak punya duit.Hee..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011